"Jadi apa solusi kalian?" Tanya Ameer.
Rena dan Jihan saling menatap. Mereka juga tidak tau apa yang harus dilakukan. Mereka sendiri telah pasrah, jika bosnya tetap bersikukuh dengan pilihannya. Terlebih mereka telah mempersiapkan diri untuk angkat kaki.
"Kalau saya yang harus berhenti, saya tidak tau harus kemana lagi," ucap Jihan dengan nada rendah dan pasrah.
Tak jauh berbeda dengan Rena, ia pun tak tau harus berbuat apa, "Saya ikut perintah bos", jawabnya.
"Tapi bos," lanjut Rena, "Apa kita sudah pasti tidak akan mendapatkan bantuan dari pemerintah?"
"Kalaupun dibantu, kemungkinan tak cukup untuk menggaji semua karyawan."
"Jadi opsi pengurangan karyawan itu pasti," tanya Jihan memastikan.
"Sekarang apa yang bisa kita lakukan?" Ameer makin tertekan dan bingung.
Ditengah kebuntuan, Rena berkesimpulan jika semua karyawan harus dipanggil, untuk memberikan penjelasan atas sebab yang akan terjadi. Menurutnya, kebersamaan tetap harus menjadi yang utama.
"Coba kita panggil saja mereka semua. Semoga badai ini bisa kita lalui bersama. Kita telah lama bersama bos. Hasil bukan satu-satunya alasan untuk kita tidak bertahan. Mereka semua telah nyaman ditempat ini."
Ameer dan Jihan diam memperhatikan. Mereka saling menunggu, kiranya apa yang akan dilanjutkan oleh Rena. Rena terdiam sejenak. Ia hanyut dengan suasana kebersamaan yang telah dilaluinya. Ia meneteskan air mata. Rena sesenggukan.