"Siapa yang tau, jika dipertengahan jalan ia akan mengalami kecelakaan. Dan kini menyebabkan nyawanya tak dapat diselamatkan lagi. Tidak ada yang mengharapkan kejadian ini," sahut Reren.
Rensya yang sedari tadi memeluk Reren. Kini ia tak tahan, ia lemas tak berdaya. Ia sesenggukan sejadi-jadinya.
"Itu buku Jo yang baru akan terbit. Mungkin itu bisa menjadi kado terbaik untukmu. Kalian saling mencintai".
"Tapi kenapa dia selalu meninggalkanku Re. Kali ini ia tidak akan kembali."
Rensya tak tahan lagi. Ia tak kuasa membendung air matanya. Antara menahan tangis dan sesalnya selama ini.
Reren tersadar saat terakhir kali bertemu Jo. Saat Jo berbisik lirih kepada Reren. "Rensya bilang, Jo mati saat Rensya ditanya oleh kawan-kawannya. Di hari ulang tahun Rensya," apakah ini pertanda kepergian Jo. Namun Reren urung menyampaikan kisah itu kepada Rensya.
"Bangkitlah Rensya. Kali ini kamu berhasil mengunjungi dia. Kau ingat dahulu, kau sangat ingin menjenguk dia di Klinik ku. Kini kau telah sampai di kota ini. Tersenyumlah walau itu berat. Setelah ini kita antarkaan jenazahnya kembali ke kota kalian."
Rensya makin tak kuasa. Di tengah sedihnya yang tak tertahan. Ia membuka kado dari Reren. Sebuah novel dari Jo. Berjudul, (Jum'at - 09.10).
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H