Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Istriku Melahirkan Secara Normal

30 Juni 2016   14:42 Diperbarui: 1 Juli 2016   14:45 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayi kami lahir secara normal. Berat 3,64 kg. Panjang 49 cm. Ia lahir 21 Juni 2016, tepat dengan ultahnya Presiden Jokowi

"Dorong lagi,"

Istriku lemah. Ia menyerah. "Aku sudah tak tahan. Sakit..." Pahanya bergetar. 

Dokter lalu memerintahkan suster mengambil vacum. Kontraksi kembali menghebat. Istriku tarik ancang-ancang. Ia mengejan sekuat tenaga. Saat itu pula dokter menggunting sesuatu. "Krak..." darah muncrat. Tangan dokter cekatan mengambil kain putih. Menyumbat darah itu. Sekali lagi ia meminta istriku mengejan sekuat tenaga. Saat itu kepala bayi kami sudah nampak. Vacum dipasang. Suster mendorong perut. Istriku terus mengejan. Sejurus kemudian kepala bayi kami keluar. Lehernya dililit tali pusar. Untung tangan si bayi menjaga leher itu tidak tercekik. Dokter menarik bayi kami keluar, seketika juga ia menagis hebat. Tepat pukul 20.58, tangis bayi kami menghapus rasa sakit istriku. Ia tersenyum lega.

Dokter memintaku menggunting tali pusarnya. Setelah itu bayi kami ditidurkan di dada ibunya, hanya beberapa detik saja. Karena kelelahan, ia tak mampu mencari puting susu ibunya. Suster kembali mengangkatnya. Membersihkan hidung dan mulut si bayi dengan angin. Seperti tukang bengkel membersihkan motor pakai angin.

Setelah persalinan itu, dokter kemudian menjahit dan merapikan robekan. Proses menjahit memakan waktu dua jam. Istriku baru bisa bernafas lega sekitar pukul 12 malam. Saat itu, mertuaku perempuan masuk. Ia menemani istriku. Aku sempatkan keluar. Mencari nasi buat makan malam. Di situ baru terasa, perutku keroncongan. Sekalian kucari teh manis panas di dekat bundaran Gatot Subroto, karena istriku dari tadi perutnya kosong.

Melihat bayi kami, semangat istriku bangkit lagi. Ia memeluk mertuaku. Ia menangis. Sembari berpelukan ia meminta maaf, "Maafkan aku ya Ma," tangisnya.

Saat itulah istriku menemukan kesejatian ibu. Sebuah awal untuk mendalami betapa besarnya kasih dan pengorbanan ibu. Di titik itu pula aku memahami arti seorang suami. Aku makin sayang sama istriku. Apalagi melihat bayi kami yang lahir dengan wajah tampan. Cintaku yang terdalam untukmu, istriku sayang.

 Catatan: bayi kami lahir dengan selamat. Berat 3,64 kg. Panjang 49 cm. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun