Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan sebagai Gerakan, Mungkinkah?

29 Mei 2016   23:03 Diperbarui: 29 Mei 2016   23:44 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak perempuan ikut urun buku dalam gerakan sejuta buku untuk Sumut. Ini salah satu bentuk pendidikan sebagai gerakan, yang melibatkan semua pihak. Foto oleh Dedy Hutajulu

Erni mengaku bingung, bagaimana mewujudkannya. Ia juga mengatakan, karena sudah mentok pikirannya, ia bertekad tak akan menjalankan program itu. Alasannya, banyak sekali pekerjaan yang diembannya, sementara yang terampil mengerjakan sangat minim. “Tak ada orang yang bisa diandalkan, Rix,” ujarnya pesimis.

Melihat kerelaan dan keterbukaan Erni, Erix pun menyahuti. “Ayo kita kerjakan bersama, Bu. Saya siap membantu,” Erix menyemangati.

Sejak pertemuan itu, Erix pun langsung mendesain programnya. Dia dan saya bekerja sama, dibantu rekan-rekan. Erix juga melibatkan banyak orang. Ia menggunakan kekuatan jejaring, media dan jurnalis serta sejumlah komunitas. Tak lupa, peran wakil rakyat dan universitas serta masyarakat juga dimainkan.

Tak dinyana, tanpa sepeser dana pun, kampanye tentang Sumut Inklusif mulai bergaung. Media rupanya sangat merespon positif gerakan ini. Berita tayang dimana-mana, baki skala local maupun nasional. Berbagai stasiun radio, televisi dan koran serta media online mengajukan diri membantu publikasi secara sukarela.

Meski tim harus rela siaran tengah malam, atau anak-anak yang berkebutuhan khusus tampil di pagi hari untuk siaran. Tim juga banting tulang mendampingi dan membriefing anak-anak berkebutuhan khusus ini selama latihan, agar tampil prima di pentas deklarasi Sumut Inklusi.

Komunitas juga bereaksi positif. Ada yang memberdayakan fungsi media sosial demi kampenye positif. Hasilnya, pada 16 Desember, gerakan Sumut sebagai Provinsi Inklusif sukses diluncurkan. Ada 426 sekolah mendeklarasikan diri siap menjadi sekolah yang inklusi.

Atas deklarasi itu, baru-baru ini, seorang ibu yang tak dikenal mengontak via telepon seluler. Ia mencari informasi seputar sekolah mana yang mau menerima anaknya yang menyandang down syndrome. Ia menjujuri diri, berani mengubungi kami setelah membaca berita di koran tentang Sumut Provinsi Inklusi. Kami lalu menghubungkannya ke Erni Mulatsih, sebagai pihak yang paling tepat menanganinya.

Ini menjadi pelajaran berarti bagi kami, dan juga bagi pihak Dinas Pendidikan Sumatera Utara. Yang kami sayangkan waktu itu, lemahnya dukungan dari Kepala Dinas Pendidikan Sumut, Masri. Belakangan Masri terjerat kasus korupsi sehingga masuk bui.

Setelah deklarasi itu sukses gemilang, saya sempat bertanya kepada Erni Mulatsih, bagaimana perasaannya. Ia dengan wajah berbinar menyahut, “Gak nyangka ya. Di awal-awal saya sudah tak berniat mengerjakan program ini. Tapi karena ada kalian yang mau membantu, saya jadi  bersemangat.”

Bahkan ketika masa-masa siaran di radio, berulang kali Erni menitikkan airmata, tatkala melihat anak-anak berkebutuhan khusus itu mampu menunjukkan sekelabat gemilang kebolehannya. Sebut saja Aura dari Binjai murid SMP, seorang tuna netra tapi pintar berdendang, mencipta puisi serta baca puisi.

Tak hanya itu, Aura juga bisa musikalisasi puisi sambil main piano. Atau kala mendengar Randy, bocah SD tuna netra yang bersuara merdu. Atau Mitty, tuna rungu namun jawara menari dan modelling. “Selama ini, kami jalan sendiri-sendiri. Jadinya banyak program mandek. Sekarang saya banyak belajar,” katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun