Keempat, perkawinan dan selibat dalam terang kebangkitan tubuh. Pada bagian ini, dia memberikan penjelasan mengenai seksualitas manusia yang dihidupi dengan cara yang berbeda. Tema ini terangkum dalam 9 katekese dan disampaikan sejak tanggal 11 Nopember 1981 hingga tanggal pada 10 Februari 1982.
Kelima, hidup selibat demi Kerajaan Allah. Pada bagian ini dia memaparkan pemikirannya mengenai makna seksualitas orang yang hidup selibat. Ditegaskannya bahwa orang yang hidup selibat harus sungguh-sungguh menjalani hidup selibatnya demi Kerajaan Allah. Topik ini terangkum dalam 14 katekese dan disampaikan sejak 10 Maret 1982 hingga tanggal 21 Juli 1982.
Keenam, perkawinan berdasarkan Efesus 5: 22-33. Pada bagian ini dia memberikan uraian teologisnya mengenai perkawinan Katolik dengan menggunakan rumusan Rasul Paulus mengenai hubungan antara Yesus Kristus dengan jemaat-Nya. Topik ini terangkum dalam 27 katekese dan disampaikan sejak tanggal 28 Juli 1982 hingga tanggal 04 Juli 1984.
Ketujuh, refleksi atas Humanae Vitae[6] yang didasarkan pada penebusan tubuh dan Sakramen Perkawinan. Pada bagian ini dia memaparkan perihal keluhuran martabat manusia dalam kehidupan perkawinan kristiani. Topik ini terangkum dalam 16 katekese dan disampaikan sejak tanggal 11 Juli 1984 hingga tanggal 28 Nopember 1984.
Catatan
[1] Makna Tubuh sebagai sebuah Teologi juga dapat ditemukan dalam ajaran St. Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus. Paulus mengatakan bahwa tidak ada dikotomi antara tubuh dan jiwa. Tubuh adalah milik Kristus (bdk. 1 Kor 6:13), bagian dari Tubuh Kristus (bdk. 1 Kor 6:15) dan Bait Roh Kudus (bdk. 1 Kor 6:19-20). Oleh karena itu Paulus mengatakan bahwa tujuan hidup umat kristiani adalah kebangkitan badan dan kehidupan yang kekal bersama dengan Tubuh Kristus (bdk. Flp 3:21 dan 1 Kor 15:43). [Lihat Jose Kuttinimattathil, "Towards a Theology of The Body I", dalam VJTR, 65/1, (Januari 2001), hlm. 31-39.]
[2] Penghayatannya atas pemikiran mistik Santo Yohanes dari Salib ia tuangkan dalam disertasinya yang berjudul Faith in John of the Cross. Dalam disertasi ini, Paus Yohanes Paulus II merumuskan iman sebagai kesatuan antara Allah dengan pribadi manusia dan mendalami tentang cinta, cinta suami-istri dan subjek personal.
[3] Segitiga utuh yang terkandung dalam cinta ini disebut sebagai the Sanjuanist Triangle.
[4] Kata Gnostisisme berasal dari bahasa Yunani (: pengetahuan). Gnostisisme adalah suatu paham atau aliran tentang penyelamatan melalui pengetahuan. Pada akhir abad ke II, penganut Gnostik mengutip kata-kata Yesus dalam Injil yang dipakai umat Kristiani demi mendukung ajaran-ajaran mereka.
[5] Manikeisme berasal dari bahasa Latin Manichaeus + -isme, dari Klasik Syriac (mani Hayya, "Hidup Mani"), dari nama pendirinya, Mani, dari Persia Tengah dan Klasik Syriac mani (modern Persia (mani)). Manikeisme adalah ajaran yang sifatnya dualistis dan dikembangkan oleh Mani dengan memanfaatkan pelbagai unsur dari Zoroastrianisme, Buddhisme, Gnostisisme dan Kristianisme. Seluruh realitas menurut Manikheisme dibagi dalam dua unsur: Terang dan Gelap. Aliran manikheisme juga berpendapat bahwa objek praktik agama adalah membebaskan partikel-partikel terang yang telah dicuri oleh setan dari dunia Terang dan terpenjara dalam benak manusia. Yesus, Buddha, dan para nabi serta Mani sendiri diutus untuk membantu melaksanakan pembebasan tersebut. Bagi manikheis, seluruh alam fisis ini dimobilisasi untuk menciptakan pembebasan. Salah satu wujud nyata pembebasan itu adalah matiraga yang keras yang dimengerti sebagai upaya membebaskan keinginan kedagingan.
[6] Humanae Vitae (Hidup Manusiawi) merupakan ensiklik Paus Paulus VII (1968) yang berisi tentang pengaturan kelahiran.