Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teologi Tubuh Santo Yohanes Paulus II

25 Juli 2020   10:01 Diperbarui: 25 Juli 2020   10:02 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Metode pendekatan yang dipergunakan Paus Yohanes Paulus II dalam mengungkapkan isi imannya mengenai sakralitas tubuh manusia bertautan erat dengan situasi yang melatarbelakanginya, terutama pengalaman hidup yang dialaminya serta visi yang hendak disampaikannya kepada Umat Allah.

Paus Yohanes Paulus II memiliki latar belakang filsafat fenomenologi. Salah satu cabang filsafat ini berusaha mendalami aneka gejala (fenomena) yang ditangkap oleh kesadaran manusia, bukan hanya sisi lahiriah (dimensi objektif/rangkaian gejala), melainkan juga sisi internal (dimensi subjektif), yaitu segala sesuatu yang ditangkap oleh kesadaran manusia. Kedua dimensi ini membentuk keutuhan manusia sebagai pribadi (persona) dan pendekatan atas diri manusia sebagai person ("Personalisme"). Usaha untuk mendalami kesadaran pribadi manusia terhadap gejala-gejala ini disebut "Fenomenologi Personalistik".

Pendekatan fenomenologi personalistik yang dikembangkan oleh Paus Yohanes Paulus II ini diinspirasikan oleh gagasan mistik St. Yohanes dari Salib (spiritualitas karmelit).[2] Berangkat dari gagasan mistik ini, dia semakin diyakinkan oleh kekuatan cinta. Baginya, cinta memiliki tiga dimensi yang utuh[3] yaitu: pertama, cinta sebagai pemberian diri sendiri; kedua, cinta antara sepasang laki-laki dan perempuan sebagai paradigma pemberian cinta, dan ketiga, cinta Trinitaris, yaitu cinta antara Bapa, Putera dan Roh Kudus, yang merupakan sumber dan model cinta bagi manusia.

Berakar pada pemikiran filosofis dan permenungan mistik St. Yohanes dari Salib ini, dia menemukan metode pendekatan yang khas baginya, yaitu Fenomenologi Personalistik Karmelit. Apabila dirujukkan pada sosok mistik yang menjadi sumber inspirasinya, maka metode pendekatannya ini disebut "Fenomenologi Personalistik San Juanis". Karena latar belakang inilah, maka dalam teologi tubuhnya, dia mempergunakan istilah pribadi, persona, subjek, objek, subjektif, objektif, cinta, pemberian diri total, perkawinan, mempelai, suami-istri, martabat tubuh manusia dan istilah lain seputar hal-hal itu.

Membela Keluhuran Tubuh

Sejak awal berdirinya, Gereja berjuang untuk membela keluruhan tubuh manusia, terutama dari serangan kaum Gnostisisme[4] dan Manikeisme[5]. Kedua aliran ini melihat tubuh manusia sebagai materi yang jahat. Tubuh adalah penjara bagi jiwa. Sementara aliran dualisme memisahkan kekudusan jiwa dari tubuh yang jahat sebab menjadi penjara bagi jiwa. Ketiga aliran ini sangat bertentangan dengan teologi tubuh yang mengakui kesakralan tubuh manusia. Konsekuensinya, teologi tubuh adalah sebuah model teologi yang anti-dualisme, anti-gnostik atau anti-manikeis.

Cakupan Teologi Tubuh

Dalam Teologi Tubuh, Paus Yohanes Paulus II memberikan uraian yang mendalam mengenai seluruh realitas manusia yang bertubuh. Namun, apabila dicermati secara mendalam, isi pemikirannya hanya terangkum dalam tujuh bagian ini, yaitu:

Pertama, kesatuan sempurna antara laki-laki dan perempuan. Gagasannya ini dilandaskan pada buah permenungannya atas kitab Kejadian. Ia menjelaskan bahwa sejak awal penciptaan, manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan. Wawasan imannya ini dipaparkan dalam 23 katekese yang disampaikan sejak tanggal 05 September 1979 hingga tanggal 09 April 1980.

Kedua, kemurnian hati dan konkupisensia. Gagasannya ini terinspirasi dari Khotbah Yesus di Bukit (bdk. Mat. 5-7). Berangkat dari inti perdebatan antara Yesus dengan orang-orang Farisi perihal perkawinan, Yesus menegaskan bahwa dalam kehidupan sesudah kebangkitan, manusia tidak kawin dan tidak dikawinkan. Tema ini disampaikannya sejak tanggal 15 April 1980 sampai 10 Desember 1980.

Ketiga, ulasan teologis atas ajaran St. Paulus mengenai tubuh manusia, terutama hidup menurut roh. Ditegaskannya bahwa manusia yang dihidupi oleh Roh Allah akan bertindak sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Tubuh diciptakan untuk menjadi kediaman Allah dan bukan untuk perzinahan. Tema ini disampaikan sejak tanggal 17 Desember 1980 hingga tanggal 6 Mei 1981.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun