Fungsi para imam tersebut bukan saja ditujukan kepada orang beriman tetapi juga kepada yang belum beriman. "Sebab oleh Sabda Penyelamat, iman dibangkitkan dalam hati mereka yang tidak percaya dan dipupuk dalam hati mereka yang percaya". Jadi para imam mempunyai kewajiban untuk mewartakan Injil kepada semua orang agar semua orang bergembira dalam Tuhan.[5]
Selain disampaikan sesuai dengan situasi hidup konkret para pendengar, warta Injil juga disampaikan sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Bagi yang belum menjadi Kristen, mereka diajak untuk masuk kepada iman dan sakramen-sakramen keselamatan.Â
Sementara yang sudah Kristen, pewartaan diikuti dengan perayaan sakramen-sakramen, terutama dalam Ekaristi karena di sana dirayakan wafat dan kebangkitan Tuhan, iman umat, persembahan dan penerimaan sakramen.
Imam sebagai Pelayan Sakramen-sakramen dan Ekaristi
Pelayan Sabda merupakan unsur mendasar pelayanan imam. Jantung dan pusat pelayan itu adalah Ekaristi. Ekaristi adalah kenangan sakramental wafat dan kebangkitan Kristus, representasi yang sejati dan efektif Kurban penebusan yang tunggal, sumber dan puncak hidup Kristiani dalam seluruh evangelisasi, sebab segala pelayanan gerejawi dan karya kerasulan berkaitan dengan Ekaristi dan terarah kepadanya.[6]Â
Oleh sebab itu, imam, melalui uskup, ditahbiskan oleh Allah supaya dengan secara istimewa ikut menghayati imamat Kristus dan dalam merayakan Ekaristi bertindak sebagai pelayan Kristus. Ditahbiskan sebagai imam berarti bersedia melestarikan Kurban Kudus demi keselamatan manusia.Â
Sebagai pelayan Ekaristi, imam harus menyadari hubungannya yang erat dengan Yesus Kristus, keterlibatannya sepenuh hati-budi-tenaga bagi Gereja, loyalitasnya bagi sesama untuk mencerminkan kasih ilahi.Â
Oleh karena itu, imam harus dapat dipercaya karena dalam dirinya hidup Roh kebenaran, meskipun memiliki keterbatasan dan kemampuannya, sehingga menjadikan Roh itu berada dalam dirinya. Imam adalah isyarat nilai-nilai ilahi yang hidup di antara manusia (Yoh 17:17).[7]
Melalui Tahbisan Suci yang diterima, para imam bertanggungjawab mengantar umat beriman untuk menghayati dan merayakan sakramen-sakramen. Sakramen-sakramen yang ada dalam Gereja memiliki hubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarah kepadanya. Di dalam Ekaristi tercakup kekayaan rohani Gereja yakni Kristus sendiri, Paskah dan Roti Hidup dan juga sebagai sumber kehidupan.
Oleh karena itu, umat beriman yang bersama dengan imam merayakan Ekaristi, diundang dan diantar untuk mempersembahkan dirinya dalam menaati nasehat Injil, mempersembahkan segala jerih payahnya kepada-Nya, menghadapkan dosa-dosanya kepada Gereja, serta senantiasa menjalin komunikasi kepada-Nya dalam doa.
Ekaristi adalah pusat hidup Kristiani. Dengan demikian, para imam tidak hanya merayakan Kurban dengan pantas melainkan juga dalam sembah sujud yang selayaknya kepada Sakramen sehingga imam menjadi teladan bagi umat beriman.Â