Apalagi pasangan Prabowo-Gibran, Prabowo merupakan Menteri Pertahanan dan Gibran adalah anak kandung presiden. Tentunya presiden punya kepentingan langsung untuk memenangkan anaknya.Â
Di pasangan Anies-Muhaimin, partai pengusung mereka masih dalam bagian koalisi pendukung pemerintah. Yang harus di ingat Partai Nasdem dan PKB belum menarik menteri-menterinya dari pemerintahan Jokowi. Artinya setengah dari koalisi perubahan merupakan orang-orang presiden.Â
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang bertarung pada pilpres 2024 merupakan orang-orang presiden. walaupun harus digaris bawahi tentunya presiden sebagai zoon politicion pasti punya kecenderungan kepada salah satunya.
Dengan demikian, realitas politik menunjukan bahwa sebenarnya dalam konteks dramaturgi, apa yang kita saksikan saat ini merupakan gimmick yang memang sengaja ditunjukkan seolah-seolah saling serang, saling sindir. Padahal masyarakat lupa bahwa dalam politik semuanya di sandarkan pada kepentingan.Â
Selama ada kepentingan, maka semuanya bisa di kompromikan. Jokowi sebagai sutradara tentunya sudah berhitung bahwa ceritanya akan dikemas seperti apa dan endingnya bagaimana.
Panggung Belakang Pilpres 2024
Dalam memahami fenomena politik baik berupa kebijakan maupun peristiwa politik tentunya ada proses yang harus dipahami yaitu apa yang di istilahkan oleh David Easton sebagai proses input output. Input merupakan proses pembahasan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan dalam menghasilkan kebijakan.Â
Sedangkan Output merupakan hasil dari pembahasan yang dihasilkan sehingga menjadi sebuah kebijakan. Artinya dalam politik sebenarnya panggung belakang sangat penting sebagai bentuk keterbukaan kepada publik.Â
Selama ini tanpa disadari publik hanya menerima dan mengetahui kebijakan yang sudah dalam bentuk jadi. Sebagian orang tidak menyadari bahwa proses dari sebuah kebijakan justru lebih penting karena di dalamnya terdapat proses pembahasan sehingga nanti menghasilkan satu produk kebijakan. Inilah yang di istilahkan oleh Easton sebagai proses input output dalam analisa sistemnya.
Pada Pilpres 2019, siapa yang menduga bahwa setelah sekian lama beroposisi terhadap pemerintahan Jokowi, Prabowo Subianto melakukan langkah rekonsiliasi dengan dalil terjadi pembelahan yang kuat di kalangan masyarakat sehingga harus dilakukan upaya politik rekonsiliasi.Â
Padahal di 2014 dan 2019 Prabowo dengan sangat keras mengkritik pemerintahan Jokowi. Siapa yang menduga bahwa di pilpres 2024 Presiden Jokowi akan bersebrangan dengan PDIP soal dukungan Capres-Cawapres. Beberapa peristiwa menunjukan bahwa kultur politik Indonesia sangatlah oportunis dan pragmatis.Â