====== Agus Pamuji ========
Berau, Kaltim (04 Juli 2020)
Seorang murid bertanya kepada Sang Guru
Dimanakah cinta itu?
Apakah ada di kedalaman telaga hati yang jernih
Yang lidah kalbunya selalu basah karena memantrakan subyek cintanya
Dan dalam deru nafasnya tidak pernah terlewat dari melafadzkan namanya
Atau ada di segala titik ruang di segenap hamparan bumi ini yang mana selalu menyebut namanya
Atau pula di setiap derit pergeseran waktu yang riak suaranya selalu menyala terang menerangi mentari
Setelah melewati selaksa tahun perjalanan khayalan
Sang Guru menjawab
Cinta benar bersemayam di tempat - tempat tadi
Tapi itu bukan rajanya cinta, baru bala tentara
Bukan dewanya cinta, baru sahayanya
Engkau akan menemukannya,
Kalau engkau sudah menapaki jalur sirkuit cinta
Mendaki tebing - tebingnya, mengarungi lautannya
Menyelami kedalaman airnya, menjadi garam bagi asinnya air laut
Kau tetap berenang, meski tajamnya mata karang dapat membutakan matamu
Kau tetap berlayar, meski samudra sudah menjadi lautan darah
Layar bahtera tetap tetap terkembang, meski arah angin berlawanan arah dengan langkahmu
Dan kau setia, meski kekasih hatimu telah meninggalkanmu
Dan kau tetap merangkak di jalanmu, meski cinta di hapus dari bumi
Fatwa Sang Guru sudah pudar tertiup angin senja terakhir di bumi
Tapi aku masih disini, berenang dipusaran ombak cinta yang seakan tiada batas akhir
Sampai jiwa ini, raga ini, karsa ini tidak bergerak lagi
Tinggal semangat yang masih tersisa untuk meneruskan pergerakan lokomotif cinta ini...............
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H