Mohon tunggu...
Dedi Irawan
Dedi Irawan Mohon Tunggu... Penulis - The Pessimistic Man

Seorang lelaki pesimis yang bercerita tentang kehidupannya | Find me on Instagram @wilfrededida

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Pria Baik Sering Ditinggalkan?

17 Desember 2023   20:57 Diperbarui: 1 Januari 2024   13:00 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja saya ditinggalkan oleh orang yang saya sayangi. Telah lama saya menyendiri, dan menyendiri lagi. Lalu saya berfikir, apakah saya perlu membuka hati lagi?

Saya kira tidak, namun saya mencoba membuka dengan wanita yang baru saja meninggalkan saya, sebut saja Hani.

***

Julukan filsuf yang diberikan teman-teman saya sebaiknya perlu dipertimbangkan kembali. Bagaimana tidak, sebagian filsuf memang cenderung hidup menyendiri, tanpa pasangan.

Setelah saya renungi lagi, ada baiknya saya menempuh jalan filsuf untuk menggapai mimpi saya yaitu menjadi ilmuwan kelas dunia.

Kembali pada pertanyaan, mengapa pria baik selalu ditinggalkan?

Berdasarkan pengalaman, pria baik jarang sekali berbuat kesalahan, kalau kata teman perempuan saya; itu cenderung membosankan bagi mereka.

Semakin membingungkan ketika ingin memiliki pasangan di era saat ini. Apa saya harus menjadi Satria Mahatir, agar diidolakan banyak perempuan?

Lagi-lagi saya tidak mampu menjadi orang lain, menjadi diri sendiri saja belum tentu bisa.

Pada saat semester 8, saya belum memiliki pasangan. Sering disebut jomblo abadi. Mencoba membuka hati, dengan menjalin kasih dengan perempuan bernama Raz. Perempuan cerdas dan penuh ambisi yang pernah saya kenal.

Seiring berjalannya waktu, saya belajar bagaimana menjadi a good man. Pastinya secara spesifik saya belajar, bagaimana memperlakukan perempuan dengan baik dan bagaimana menyayanginya dengan penuh makna. Hingga pada masa saya menjalin hubungan dengannya, sekitar Juli 2022 hingga Januari 2023, saya belajar banyak hal. Belajar mengerti dirinya, tanpa mengaharapkan akan dimengerti.

Saya berusaha menjadi pria yang selalu ada. Menemani masa-masa sulitnya. Ikut serta dalam setiap masalah yang dihadapinya, tentu beragam masalahnya; salah satunya menunggu visa untuk S2 di Mesir, yang tak kunjung dikeluarkan. Saya bahkan dapat menjadi apa pun; teman, sahabat, tukang ojek, badut, guide konser, dan lain sebagainya. Semua itu saya lakukan demi dirinya seorang, sampai puncaknya saya tidak memperdulikan diri saya sendiri.

Raz hidup dengan ambisinya untuk berkarir sebagai dosen. Sehingga Raz harus menempuh sekolah sampai S3. Saya pun mendukung penuh cita-citanya, tanpa harus berdebat akan hal itu. Saya mendukung dengan hal-hal konkret, bukan omong kosong seperti pria pada umumnya.

Tragisnya adalah ketika semua itu telah saya berikan dengan tulus, saya ditinggalkan pada akhir Januari 2023. Posisi saat itu, kita LDR. Ia di Mesir dan saya sedang berada di Tokyo. Kita berbicara melalui zoom. Memang banyak prediksi bahwa hubungan kita tidak akan bertahan lama. Dengan asumsi bahwa terdapat kesenjangan ekonomi dan pendidikan. Tapi saya berusaha bodoamat atas omongan orang, saya tetap berusaha menjadi pria baik.

Ketika saya ditinggalkan, saya berharap pesawat yang saya tumpangi dari Tokyo ke Jakarta itu jatuh saja. Namun Tuhan punya rencana lain. Berbulan-bulan saya hidup menyendiri. Berdamai dengan rasa sepi. Ditemani buku, rokok dan kopi, sumber kebahagiaan saya sampai detik ini.

Coba buka hati

Berawal dari coba-coba, ternyata nagih. Bagaimana pun, tak boleh berlarut dalam kesedihan. Saya memberanikan diri untuk mendekati adik tingkat saya.

Han, sebuah sapaan yang khas dari teman-teman dekatnya. Awal mulanya, saya memang sudah memperhatikkannya sejak lama, namun tak sedikit pun berani untuk mendekati.

Suatu ketika, ada kegiatan satu organisasi. Shodiq, adik kelas saya, memberikan kabar bahwa Hani tak ada tebengan kendaraan untuk menghadiri acara tersebut. Jujur, saya tak berminat hadir dalam acara itu, namun demi bertemu dengannya, saya merelakan diri untuk melalukan yang tidak saya inginkan.

Lagi-lagi, saya melanggar kebebasan saya sendiri.

Singkat sekali perkenalan kita. Saya tipe pria yang tidak romantis dan tidak suka bertele-tele. Malam itu, setelah acara, saya memberanikan diri untuk bertanya.

"Langsung pulang?"

"Emangnya mau kemana?" ungkapnya.

Saya pun bingung harus menjawab apa. Dengan gagap saya menjawab, "Ke alun-alun Pamulang, pernah?".

Langsung saya kesana, dengan malu-malu. Berbicara banyak hal tentang perkuliahan, organisasi, dan kehidupan saya sebagai anak pertama.

Esok harinya, saya mengajak ia untuk lari sore. Disinilah kita tidak berhenti untuk ngobrol semaunya. Topik apa pun, kita bicarakan. Secara spesifik saya juga membicarakan, tentang pandangannya dengan "cowok yang masih merintis karir".

Malamnya, kita lanjut. Saya ajak ke warkop. Tak terduga, ia mau tanpa bertanya-tanya. Ia sambil membaca buku, saya pun memandangnya dengan diam-diam.

Tak lama, saya memberanikan diri untuk menawarkan sebuah ide. "Apakah kamu mau dengan pria yang masih berproses alias pengangguran ini? Kalau tidak mau, tidak apa, saya tidak memaksa," ungkap saya kepadanya.

Ia terdiam sejenak, lalu memberikan jawaban "boleh".

Kemudian kita jalankan hari-hari selama 2 bulan, yang terasa seperti sudah 2 tahun. Gaya berpacaran kita santai, saling terbuka, apa adanya, dan mengalir. Sehingga tidak membosankan.

Setelah kenangan yang telah kita lalui, saya diputuskan dengan alasan; mood dia tidak dapat terkontrol, dan menyusahkan saya terus. Membingungkan. Kalau sebelumnya, saya dengan Raz ditinggalkan dengan alasan; saya terlalu baik. Kalau Hani; Aku takut merepotkan dan menyusahkanmu atas mood ku yang tidak jelas dan tak bisa ku kontrol.

***

End

*Dilarang COPAS, Wajib Mengutip Tulisan ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun