Mohon tunggu...
Dedi  Djanuryadi
Dedi Djanuryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Man Born is free but everywhere in chains

Penggiat jurnalistik, public relations, fotografi, modelling, serta event organizer.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengelola Cerdas "Durian Jatuh" di Masa Pandemi

18 Agustus 2020   10:23 Diperbarui: 18 Agustus 2020   10:48 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Makroprudensial Aman Terjaga, Manfaatkan Produk Keuangan dan Stabilitas Sistem Keuangan"

 

Gelombang krisis akibat pandemi Covid-19 menerjang seluruh dunia, tentunya juga termasuk Indonesia.  Luapan global  ini membuat pemerintah harus kerja super keras untuk mengatasi krisis yang sama sekali baru dan tak terduga datangnya itu.  Kini saatnya pemerintah harus memeras otak untuk memikirkan  semua tindakan beserta segala strateginya.

Tindakan overlapping antara memerangi wabah penyebaran virus dengan melakukan terobosan baru berupa berbagai rekayasa  penyelamatan perekonomian bangsa,  merupakan tantangan pemerintah yang sungguh teramat sulit namun tidak bisa dihindari. Keberhasilan Cina yang secara komprehensif berhasil menggabungkan antara tindakan pencegahan dengan menerima ide-ide inovatif dari berbagai elemen masyarakat, merupakan inspirasi yang bisa diterapkan juga oleh pemerintah kita. 

Seperti, apakah sarana dan prasarana perawatan para korban yang terpapar sudah tersedia? Apakah perangkat perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) untuk para tenaga medis di garis depan sudah dalam kuota cukup? Bagaimana strategi mengamankan persediaan lumbung pangan masyarakat? Bagaimana  melindungi tatanan usaha kecil dan menengah (UKM) yang sangat rentan tertimpa dampak pandemi? Apakah lembaga-lembaga keuangan yang kelihatan sangat berperan dalam menjalankan roda perekonomian masyarakat sudah ditata secara efektif dan efisien? Disini pemerintah harus bergerak cepat dengan cara mendukung lembaga-lembaga keuangan  memafaatkan teknologi digital guna mengatasi semua persoalan krusial tersebut. Beri kesempatan luas dan kemudahan regulasi bagi lembaga-lembaga keuangan  untuk melakukan kerjasama dengan mitra global, sehingga akan tercipta ide-ide baru yang akan memperlancar berputarnya roda-roda perekonomian nasional 

Saat ini pemerintah telah melakukan berbagai program pemulihan terhadap dunia usaha, supaya mereka tetap bertahan di situasi yang tidak menentu ini. Diantaranya menyiapkan dukungan kontinyu bersama Bank Indonesia (BI) , Otoritas Jasa Keungan (OJK),  serta perbankan nasional, agar sektor bisnis, sektor usaha, sektor riil tetap bisa bertahan walaupun tidak sedang melakukan aktivitas ekonomi. 

Tindakan ini diupayakan agar aktivitas rutin yang dijalankan dunia usaha selama ini tidak terganggu, sehingga terhindar dari dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) skala besar. 

Upaya dukungan pemerintah lainnya, berupa insentif perpajakan, pengurangan pasokan impor, serta  berbagai kemudahan lainnya atau relaksasi di sektor keuangan mulai digiatkan secara bertahap namun dalam tempo sesegera mungkin pelaksanaannya. Yang mulai terlhat, UMKM mendapat insentif berupa keringanan menanggung PPh para pelaku UMKM final sebesar 0,5 persen untuk masa pajak April hingga September 2020. Pemerintah juga telah menurunkan PPh Badan Usaha tahun 2020 dari 25 persen menjadi 22 persen. 

Suatu tindakan prioritas yang membawa angin segar yaitu pemerintah  telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 mengenai Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19.

Perppu tersebut secara garis besar membahas dua hal. Pertama,  mengatur kebijakan pendapatan, belanja, serta pembiayaan keuangan negara dan keuangan daerah. Kedua,  melaksanakan  kebijakan stabilitas sistem keuangan yang meliputi kebijakan untuk penanganan permasalahan lembaga keuangan yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan negara. 

Untuk itu sejumlah kebijakan telah diambil, seperti mengalokasikan tambahan belanja dan pembiayaan APBN Tahun 2020 untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp. 450,1 triliun guna menangani berbagai kepentingan mendesak. Mulai bidang kesehatan hingga dampak ekonomi masyarakat yang terjadi. Anggaran keuangan desa mendapat 10% dari anggaran APBN tersebut, di luar dana Transfer Daerah, seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Kemudahan regulasi lembaga keuangan tersebut, diharapkan menjadi tonggak utama yang bisa meredam dampak ekonomi ke keterpurukan yang lebih parah lagi.Terutama bagi  para pelaku usaha di tataran menengah dan bawah (UKM). 

Seperti diantaranya  memberikan suku bunga pinjaman yang lebih rendah untuk kegiatan  usaha  yang terkena dampak wabah, membebaskan berbagai biaya untuk setiap transaksi dan pembayaran, serta memungkinkan para pelaku usaha menunda pembayaran pinjaman selama menunggu penghapusan denda keterlambatan membayar cicilan pinjaman,  secara proaktif membebaskan biaya pengiriman uang pembayaran lintas batas, serta mempercepat waktu pengembalian deposito. 

Dengan regulasi tersebut, masyarakat bisa mendapatkan gelontoran dana secara mudah. Para pelaku usaha di level tersebut dapat mengembangkan usaha-usaha baru yang lebih inovatif dan menguntungkan. 

Seperti misalnya bisnis online yang melibatkan banyak sekali  para pengusaha antara (reseller) bersama partikel-partikel penyertanya (pemasok bahan produksi, pembuat produk, jasa ekspedisi, dan lain sebagainya), terbukti semakin bisa diandalkan sebagai benteng pertahanan kelangsungan perekonomian masyarakat . Persepsi keresahan pandemi akan terasa jadi yummy dan tidak akan dianggap sebagai beban yang merepotkannya lagi.

Bagi parapelaku usaha, bantuan pemerintah ini seperti  buah durian yang jatuh sendiri dari pohonnya. Untuk bisa menikmati rasa lezat isinya, harus hati-hati dan pandai mengupasnya. 

Karena kalau sembrono memperlakukannya, bisa-bisa akan terkena tusukan durinya. Begitu juga dalam mengelola dana tersebut, kita harus pandai-pandai mengelolanya. Dalam arti, dana tersebut akan terasa menguntungkan kalau kita kelola dengan penuh tanggungjawab, disiplin ketat, serta akuntable

Penggunaan dana itu  bisa diibaratkan juga seperti mandi.  Dengan air seember ataupun sekolam, kita tetap masih bisa  mandi. Begitu juga dalam hal pengelolaan keuangan. Kemudahan mendapat kucuran dana bank, jangan justru menjadi lobang jebakan yang akan menenggelamkan kita. 

Bukan zamannya lagi dana bank yang diperoleh diperuntukan kepentingan di luar nilai-nilai ekonomis yang nantinya akan menjadi beban utang (debt trap). Dana bank yang kita peroleh  harus benar-benar dimanfaatkan menjadi sumber penghasilan yang bisa membiayai kehidupan kita dan keluarga  dalam jangka waktu panjang.

Mengatur anggaran keuangan dari bank disaat pandemi merupakan salah satu kegiatan yang gampang-gampang sulit, Asal pada awalnya ada niat untuk membuat dana itu sebagai pijakan dasar membangun tatanan kesejahteran berjangka panjang, maka prosesnya akan berlangsung begitu mengasyikan. Karena pengaturan tersebut akan menjadi seni mengelola keuangan yang bertumbuh menjadi sebuah pemwujudan jaminan kita kelak di hari tua. Berikut  beberapa langkah yang perlu diambil untuk mengelola keuangan di masa pandemi dengan benar.

Pertama, memahami situasi keuangan saat ini. Sebelum memulai pengelolaan uang, terlebih dahulu  kita perlu mengetahui berapa banyak uang pinjaman bank yang kita miliki saat ini. 

Lalu mencatat semua pendapatan dan pengeluaran rutin bulanan. Jika perlu, simpan tanda terima selama sebulan untuk menentukan di mana uang dibelanjakan di luar tagihan besar seperti sewa tempat atau kendaraan, keperluan  harian, atau pembayaran utang. Hal  ini banyak dilakukan orang untuk mengingat pengeluaran pembelian barang-barang yang sering tidak tercatat  seperti belanja  bahan makanan atau makan-makan di luar rumah.

Kedua, tentukan prioritas pribadi dan tujuan keuangan. Setelah menyusun situasi keuangan saat ini, lalu tentukan alokasi dana untuk pembiayaan usaha.  Biaya yang biasa dikeluarkan untuk keperluan rumah tangga, nominalnya dikurangi untuk dana operasional perusahaan.

Ketiga, membuat dan mempertahankan anggaran.  Biasanya tidak sulit membuat catatan pembelanjaan bulanan.Yang sulit adalah melaksanakannya. Diperlukan disiplin diri untuk membayar pembelanjaan yang tidak rasional atau semaunya dan mencatat seluruh pembelanjaan secara rinci dalam sistem pembukuan yang terjadwalkan. Sikap disiplin terhadap anggaran tersebut  akan memberi beberapa keuntungan, diantaranya adalah  memiliki persediaan uang tunai untuk membeli berbagai keperluan penting. 

Keempat, mempersiapkan dana darurat. Salah satu cara pengeloaan  keuangan yang baik adalah upaya menyisihkan uang tunai untuk kejadian tak terduga. Seperti kehilangan pekerjaan, sakit atau mobil rusak. Menurut beberapa ahli keuangan, jumlah nominal yang bagus untuk disisihkan, jumlahnya kira-kira 10% dari jumlah pendapatan per bulan.  Dana darurat tersebut diharapkan bisa mem-back up pengeluaran perusahaan selama tiga atau enam bulan ke depan.

Kelima, mempersiapkan tabungan pensiun. Keinginan untuk pensiun akan terasa sulit tanpa adanya dana pensiun yang menopangnya. Berbagai jaminan sosial yang diberikan pemerintah hanya dapat memenuhi 40%  dari kebutuhan pensiun kita. Makanya banyak perusahaan memberikan jaminan pemberian masa berhenti kerja tidak lagi dalam bentuk dana pensiun, tapi hanya berupa pesangon sekali putus saja. Memang ada sebagian perusahaan yang menerapkan kebijakan bagus. 

Secara diam-diam menyediakan dana pensiun bagi para pekerjanya, yaitu dengan cara memotong gaji karyawan per bulannya. Tapi yang lebih baik lagi,  sebaiknya kita sendiri harus bisa menyisihkan 10% hingga 20%  dari pendapatan untuk masa pensiun nanti untuk ditabung di bank-bank yang mendapat jaminan penuh pemerintah..

Keenam, melunasi hutang. Seringkali  hutang menjadi kendala untuk memperoleh hasil usaha yang memuaskan. Karena sebagian besar hutang pasti ada bunganya. Apalagi kalau kita sering mencicil hutang dalam jumlah selalu kurang dari kewajiban yang harus dibayarkan, akan berakibat mengalami proses lama untuk bisa lepas dari lilitan hutang yang memusingkan.  

Paling-paling cara terpendek yang  harus dilakukan adalah mencari pinjaman kredit berbunga rendah dan berjangka waktu singkat.  Terpaksa melakukan gali lobang tutup lobang untuk menutup pinjaman pinjaman sebelumnya yang berbunga tinggi. Terapkan strategi terbaik dengan memusatkan uang lebih untuk membayar hutang terbesar,  setelah itu lunas, baru melunasi hutang-hutang lain yang lebih ringan beban cicilannya.  Hindari mendapat pinjaman dana cepat dari rentenir berkedok malaikat pemberi bantuan dana.

Ketujuh, jadwalkan laporan kemajuan rutin.  Proses pengelolaan uang secara baik merupakan masa depan cerah bagi kegiatan usaha yang kita kelola. Penjadwalan laporan rutin hingga akhir tahun,  dapat digunakan sebagai upaya evaluasi situasi keuangan kita. Dari penjadwalan tersebut kita akan selalu bisa mengetahui seberapa banyak  pendapatan, tabungan, pengeluaran, serta  kekayaan bersih yang kita miliki. Selanjutnya anggaran yang tersedia dapat digunakan untuk menentukan kemajuan keuangan apa yang telah dicapai, sehingga bisa digunakan untuk membiayai rencana-rencana usaha lain yang berprospek masa depan cerah. 

Ketujuh strategi di atas, merupakan langkah mandiri dan bertanggungjawab atas dana mudah yang didapat dari kebijakan keuangan pemerintah untuk membantu masyarakat agar bisa melangsungkan hidup dan kehidupannya.

Selamat menikmati durian jatuh. Semoga kelezatannya tidak membikin pusing kepala dimasa pandemi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun