Yusuf Kalla mantan wakil presiden RI mengagumi JO sebagai wartawan yang santun. JO/Kompas tetap suka mengkritik, tapi dengan bahasa yang santun. "Dipukul rasa dirangkul", kata Kalla yang mengaku 40 tahun kenal dan bersahabat dengan JO.
Sebagai seorang wartawan saya berpendapat  bahwa keberhasilan JO mengelola Kompas adalah berkat doktrin jurnalistik yang dikembangkannya yaitu "Jurnalistik makna".
Jurnalistik makna adalah jurnalistik yang tidak hanya memberitakan fakta dan peristiwa saja. Tetapi berita yang mengabarkan sebab dan akibat fakta dan peristiwa itu.
Saya mencoba menafsirkan ajaran Mbah wartawan itu dengan apa yang banyak disebut orang tentang berita kini, yaitu berita yang depth dan comprehensif reporting berita yang dalam dan lengkap serta both cover side, berita yang berimbang , yang tidak memihak.
Di tangan JO, Kompas menjadi mesin pencetak uang. Dari hari ke hari "dollar Cibaduyut" itu mengalir deras bagai air bah.
Tidak bisa tidak JO harus mengembangkan uang itu ke sektor usaha lain. Setelah sektor media dan toko buku raksasa Gramedia, Â usaha lain pun mulai dirambah. Ada perhotelan dengan trade mark SANTIKA.
Ada Real estate dibawah nama PT Permata Media Land, pabrik kertas melalui PT Graha Kerindo Utama, travel dan wisata dengan PT Ina Media Wisata Mas dan beberapa usaha lainnya.
Semua hasil usaha itu telah menempatkan JO dalam deretan ke 23 orang terkaya di Indonesia versi Asian Media International and Communication Centre tahun 2018. Kekayaannya mencapai $1,65 miliar atau setara 24,25 triliun rupiah.
Sekarang suhu jurnalistik Indonesia itu telah tiada. Laki laki kelahiran Magelang tanggal 27 September 1931 itu telah dipanggil pulang oleh sang Pencipta tanggal 9 September 2020 (dalam usia 89) tahun.
Para karyawan perusahaan dan orang orang dekatnya memandang JO sebagai seorang boss yang selalu santun.
Berkata lembut dan menganggap semua orang berderajat sama.