Mohon tunggu...
Dedi Ems
Dedi Ems Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Various organizations during school and college. highest position General Secretary of the Student Senate of the Faculty of Economics, Andalas University. working experience at BRI starting from staff until reaching twice as Head of BRI Branch (Padangpanjang and Sampang). And various Section Heads at Regional Offices and Inspection Offices in several BRI Regional Offices / Kanins.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Alhamdulillah, Vaksin 1 Ngga Sakit, lho...

4 Maret 2021   20:33 Diperbarui: 4 Maret 2021   21:04 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dokumen pribadi

Assalamualaikum, selamat sore/malam/pagi/siang Bp, Ibu, Bro...

Alhamdulillah, atas ijin Allah SWT, saya kemarin Selasa 2 Maret 2021 sekitar jam 13 sudah ikut vaksin 1 anti virus untuk membentuk antibodi melawan C19 (CO-rona VI-rus D-eseasea 19) di Puskesmas Ngagel Rejo, Surabaya. 

Panggilannya melalui kelompok Dasawisma di lingkungan RT pada Senin 1 Maret 2021. Sebelumnya saya daftar sebagai lansia secara online dan offline melalui P RT. Juga didaftarkan anak di salah satu bank BUMN terbesar di Indonesia.

Dan rasanya kok lama sekali dapat panggilan, meski sudah daftar melalui 3 cara tsb.

Namanya nunggu, ya pasti lama rasanya. Apa lagi kalau denger beberapa  teman sudah vaksin. Waduh, giliran saya kapan ya... Pengen cepat-cepat. Kalau bisa besok sudah vaksin. Gimana seeh rasanya. Sakitkah... Ada efek negatif atau sampingnya gak ya.. Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya..

Di hari H (Selasa, 2 Maret 2021), sebelum berangkat ke Puskesmas sekitar jam 10-an saya cek gula darah  sewaktu-waktu dulu di rumah karena saya punya kormobid diabetes. Ternyata angkanya menunjukan di 263.

Waduh, saya kaget. Ternyata jauh sekali dari angka ideal 140. Pada hal biasanya di kisaran 140 itu.

Apa ini karena stres atau karena gak minum obat gula lagi ya.... 

Saya memang sudah lama gak minum obat gula. Mungkin lebih dari dua tahun. Tapi saya melakukan diet ketat, termasuk berpuasa. OR hampir tiap hari dan rata-rata 1 jam. Jogging, walking, running, tenis, Ling Tien Kung.

Dan Alhamdulillah gula darah saya di sekitar angka +/- 140. Dan apa yang saya lakukan (gak minum obat gula) setelah konsultasi dengan dokter Xxxxx SPD di RS swasta cukup terkenal di Surabaya. 

"Gak apa-apa, yang penting Bp konsekuen dan komitmen...., katanya. "In shaa Allah P Dokter...", jawab saya dengan penuh janji kepada diri sendiri dan kepada Allah SWT.

Saya percaya dan yakin sekali bahwa semua ini, gula darah saya di kisaran 140 bisa terjadi di tubuh saya semata-mata hanya karena ijin dan keputusan Allah...

Karena mau vaksin, setelah angkanya 263, saya langsung minum 1 butir Glimefiride 3 mg. Takut gak jadi vaksin gara-gara gula darah tinggi. Tensi normal, kolesterol dan asam urat Alhamdulillah baik. Lalu berdoa kepada-Nya..

Sampai di Puskesmas langsung registrasi. Dan nunggu sebentar lalu dipanggil dokter untuk screening. Lalu saya ceritakan riwayat gula darah saya sebelum berangkat tadi (263), dan record selama 2 tahun terakhir sekitar 140-an. Alhamdulillah, setiap cek darah hasilnya saya record di HP. Rupanya ini manfaatnya jika kita me-record riwayat penyakit kita...

Dokter nanya lagi, "... Apa Bp kuat berjalan 100 m..". Lalu saya jawab, ".... Alhamdulillah, In shaa Allah kuat Dok...". Ditanya juga apa pernah ikut test C19 dan hasilnya. "...Pernah Dok...", rapid test dan swab antigen.  "... Dan Alhamdulillah hasilnya negatif/non-reaktif...".         

Trus ditanya riwayat sakit lainnya, ukur tensi lagi, angkanya 140/90. Dan ternyata peserta lain juga diangka yang sama... Berat dan tinggi juga diukur. Berat saya 52kg, dan tinggi 168cm. Kurang ideal memang. Idealnya beratnya minimal 58kg, dan dompetnya penuh uang 100 ribu dan dollar.. Ha ha ha....

Trus darah saya diukur lagi, tapi tentang apanya saya lupa nanya karena pikiran sudah fokus membayangkan sebentar lagi akan disuntik vaksin. Hasil cek darah ini saya juga gak tau. Tapi mungkin bagus atau layak divaksin. Buktinya saya disuruh langsung ke ruang suntik vaksin. 

Gula darah saya ukur lagi, turun jadi  177. Alatnya sudah saya bawa dari rumah biar gak cari-cari lagi di Puskesmas. Soalnya saya sudah ketauan punya diabetes sejak tahun 2001 yang lalu. Jadi sudah sejak 20 tahun yang lalu. Gak terasa sudah lama sekali saya "punya pabrik gula...."

Lalu masuk ke ruang vaksin. Suster ternyata sudah siap untuk melakukan penyuntikan. Seperti biasa sesuai SOP nyuntik, setelah lengan baju kiri digulung ke atas, lalu lengan kiri diusap-usap dulu dengan kain kasa yang ada alkoholnya. 

Alkohol ini pasti bukan hasil pabrik sesuai Perpres yang bikin heboh akhir-akhir ini... He he he....Nuwun sepurone en maaf  Bp, Ibu, Bro...

Tiba-tiba susternya bilang, sudah Pak Dedi...
Saya kaget. Loh kok sudah... Kok gak terasa...
Kapan nyuntiknya Mb... Sang suster tsb hanya memberikan senyumannya yang manis.. Hmmm.....

Setelah itu saya disuruh nunggu setengah jam untuk melihat reaksi vaksin terhadap tubuh saya, sama seperti peserta yang lain. Juga sambil nunggu surat keterangan telah divaksin 1.

Sambil nunggu surat tsb saya cerita ngalor-ngidul sesama peserta yang semua lansia, yang waktu itu terdiri +/- 10 orang. Bahkan ada yang 80-tahun. Trus ada yang nyeletuk, jarum suntik vaksin gak terasa keluar masuk tubuh kita karena kita sudah tua, katanya sambil tertawa ngakak. 

Maksud loe...? Ini jelas pertanyaan kaum milenial. Sopannya, maksud Bp...? Dia kembali tertawa. Uupppsssss....! 

Hmmm, saya sekarang ngerti maksudnya. Rahasia...! Ini khusus for 17 up... Lebih khusus lagi lansia grup. He he he...

Surat keterangan ini nantinya juga sebagai referensi untuk vaksin 2. Setelah setengah jam surat tsb dibagikan. Dan kemudian kami dipersilahkan pulang ke rumah masing-masing. Dan Alhamdulillah dari 10 orang tsb, tidak satupun yang merasakan hal-hal yang gak biasa di tubuhnya. Semua berjalan lancar dan normal.

Inilah sekelumit cerita ketika saya ikut vaksin C19 yang pertama. Alhamdulillah, ternyata tidak seperti bayangan saya sebelum divaksin. Bikin stres karena begitu menyeramkannya dampak virus C19 ini yang hampir tiap hari kita lihat/dengar melalui media massa, media sosial, media online dsb.

C19 telah merusak tatanan kehidupan beragama, sosial, ekonomi dsb. Gimana gak menakutkan jika dampaknya begitu mudah, cepat dan telah meluas serta merusak sisi-sisi kehidupan yang baik. Dan langsung mendunia, mengglobal begitu cepatnya. 

Dan anehnya kita gak atau abai melihat keberhasilan pemerintah dan partisipasi kita semua masyarakat atas banyaknya pasien yang sembuh. Katanya angkanya di atas 90%. Saking menakutkannya, kita terfokus pada angka yang meninggal karena C19.

Mamah Dedeh pernah ditanya penyiar tv swasta waktu Ustadz Maaher meninggal. Mamah bilang, Ustadz meninggal karena ajalnya sudah tiba. Sudah panggilan Allah. Bukan karena C19. Adinda tau saat pesawat jatuh ke laut puluhan bahkan ratusan penumpang dan awak langsung meninggal. Apa itu karena C19. Apa itu karena pesawatnya jatuh. Tidak...! Karena ajal. Karena panggilan Allah semata...

Saya sengaja men-share ini. Semoga bisa menjadi inspirasi Bp, Ibu, Bro yang belum vaksin. Bahkan mungkin bagi yang masih takut serta gak percaya. Dan case ini sudah saya temui di beberapa orang yang saya kenal.

Takut, gak PD, pengennya terakhir-akhir karena ingin tau dulu hasil vaksin bagi yang sudah vaksin, punya kormobid dsb.

Tapi memang kita harus yakin dan PD dulu. Monggo untuk berpikir, dan jadikanlah cerpen saya ini sebagai salah satu referensi. Setelah yakin 100%, monggo segera daftar dan ikut vaksin 1. Kemudian vaksin 2.

Ini juga menjadi kewajiban kita sebagai umat beragama untuk selalu berusaha, berupaya dan berikhtiar untuk selalu sehat dan terbebas dari dampak buruk C19. Salah satunya lewat program vaksinasi nasional ini. Bahkan sudah mendunia...

Tentu Allah, Tuhan YME gak akan sia-sia menurunkan rahmat vaksinasi ini ke muka bumi. Keberhasilannya In shaa Allah akan bisa memutus penyebaran mata rantai pandemi ini.

Sesuai target pemerintah vaksinasi akan selesai di tahun 2021 ini. Mari kita dukung penuh agar di tahun depan 2022 kita bisa jalan-jalan lagi, pulang kampung, lebaran di desa, bersilaturahmi/bersilaturahim dengan saudara/teman, ke mall, ke tempat wisata, kuliner, nonton bareng di bioskop, dst, dsb, dll.

Tapi ingat nasehat atau kata para ahli, meski sudah selesai vaksin, kita tetap harus 3 M plus 2 M. Jangan eforia berlebihan...

Goggling sendiri deh nyari artinya yang pas... He he he he....

Udah ya Bp, Ibu, Bro...

Mohon maaf jika ada bagian, kata-kata yang gak passssss....

Terima kasih.
Surabaya, 3 Maret 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun