Mohon tunggu...
Dede Yusuf
Dede Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Introvert

Penulis musiman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengemis dalam Perspektif Sosiologi

19 November 2020   20:00 Diperbarui: 19 November 2020   20:05 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam hal ini seseorang telah melakukan berbagai upaya dan kerja keras, tetapi mengalami kegagalan dan jalan buntu. Sehingga pilihan lain yang ia tempuh adalah dengan cara menjadi pengemis. Menurutnya, lebih baik mengemis daripada harus mencuri. Dengan cara mengemis di jalanan, berarti kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan cara yang halal.

Mengemis Sebagai Profesi

 Dalam hal ini, mengemis telah menjadi profesi yang menjanjikan bagi sebagian pengemis untuk memenuhi kebutuhan harian. Cara mencari nafkah model seperti ini telah tertanam dan di sosialisasikan oleh leluhur dari generasi ke generasi. Transformasi nilai-nilai tersebut pada gilirannya telah menumbuhkan mental pengemis bagi masyarakat. Pengemis professional merupakan sebutan bagi seseorang yang menjadikan aktivitas mengemis sebagai pekerjaan pokok. Hanya mengandalkan mengemis, seseorang mampu memenuhi kebutuhan primer bahkan sampai kebutuhan tersier seperti perhiasan, TV, sepeda, radio, perabotan rumah tangga dan sebagainya.

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi basis sentral nya adalah ekonomi yakni proses pemenuhan kebutuhan hidup. Dan yang paling mungkin untuk melakukan praktek mengemis pertama kali adalah seseorang yang semata-mata untuk menyambung hidup melalui belas kasih orang yang perduli sedangkan sisanya adalah konformitas.  

Bahwa terdapat kecenderungan masyarakat untuk melakukan konformitas dalam hal aktivitas meminta-minta. Terlebih dari uraian pemaknaan diatas, bahwa hanya bermodal mengemis, seseorang mampu memenuhi hidupnya, tidak hanya kebutuhan primer, bahkan sampai kebutuhan tersier.

Meskipun pengemis merupakan Sebuah keadaan yang bisa dibilang hina dan terbawah sebagai status sosial di masyarakat. Tetapi tampak nya, pekerjaan sebagai pengemis masih tetap eksis sampai hari ini dalam struktur sosial masyarakat kita.

Dalam konsep pemikirannya Piere Bordieu tentang praktik sosial dikenal istilah habitus, capital, dan field. Seseorang yang berkecenderungan menjadi pengemis memiliki kelemahan pada ketiga aspek ini. 

Menurut bordieu, habitus menggambarkan serangkaian kecenderungan yang mendorong dan mengarahkan manusia untuk beraksi dan bereaksi dengan cara tertentu. 

Kecenderungan inilah yang melahirkan praktik, persepsi, dan perilaku yang tetap, teratur, yang kemudian menjadi mode yang tidak dipertanyakan lagi aturan-aturan yang melatarbelakanginya. Habitus menjadi saringan, filter, dan bahkan cara pandang bagi pelaku sosial dalam memahami dunia sosial yang dihasilkan oleh struktur. Habitus inilah untuk kemudian melahirkan praktik sosial yang terus berlangsung secara terus menerus.

Field atau medan sosial mengacu kepada keseluruhan konsepsi tentang dunia sosial. Konsep ini memandang bahwa realitas sosial sebagai suatu ruang(topologi). Medan sosial terdiri dari banyak arena yang saling terkait, tetapi memiliki mode sendiri. Arena adalah sebuah dunia sosial yang otonom dan bekerja dengan hukunm-hukumnya sendiri. Misalnya kita mengenal arena politik, ekonomi, seni, dan lain-lain.

Berkenaan dengan arena, Bordieu menegaskan bahwa dalam setiap arena terjadi apa yang disebut dengan pertarungan dalam rangka untuk memperebutkan dominasi. Dalam hal ini pula penting kita membahas apa yang disebut dengan capital atau modal. Semakin banyak modal yang kita miliki, kemungkinan memenangkan pertarungan dominasi menjadi sangat mungkin. Modal dapat berupa modal ekonomi, sosial, budaya, maupun simbolik. (In’am, Muhammad Esha. 2007)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun