3. seragam koko, kotak amal, proposal, door to door sampai cacat fisik
Mengemis dengan menggunakan symbol keagamaan pastinya sering kita jumpai di sekitar kita. Mereka berkeliling ke berbagai tempat umum sampai dari rumah ke rumah dengan berbekal proposal dan kotak amal yang tertulis untuk pembangunan masjid dan lain-lain. Namun nyatanya, amal yang mereka jajakan tujuannya hanya untuk mengelabui orang lain supaya mau memberi. Uang hasil sodaqah jariyah tadi masuk ke kantong pribadi.
Masih banyak modus yang dilakukan pengemis demi mendapatkan simpati dan empati orang lain. Seperti misalnya, menuntun orang buta, menggendong orang cacat, dan lain sebagainya. Kesemuannya itu tidak lebih dari panggung sandiwara semata atau dalam konsepnya Goffman yang terknal yakni dramaturgi.
Dalam teori dramaturgi Erving Goffman, kehidupan sosial sebagai serangkaian sandiwara dramatik yang mirip dengan yang ditampilkan diatas panggung. Diri “adalah suatu efek dramatik yang sedang muncul.. dari suatu adegan yang disajikan.” (Goffman, 1959:253) dalam (Ritzer,George. 2012: 637)
Dari konsep tersebut kita akan mengenal istilah front stage, yaitu bagian dari sandiwara yang secara umum berfungsi dengan cara-cara yang agak baku dan umum untuk mendefinisikan situasi bagi orang yang mengamati sandiwara itu. Dan back stage yaitu tempat fakta-fakta yang ditindas di panggung bagian depan atau berbagai jenis tindakan-tindakan informal bisa kelihatan.
Dalam front stage, para pengemis menampilkan dirinya tidak berdaya, lemah, lesu, seperti menjadi seseorang yang mesti kita patut kasihani dan berikan pertolongan dengan memberi nya uang. Mereka menampilkan yang bukan dirinya, demi menarik simpati dan empati orang lain. Sedangkan dalam back stage, mereka menjadi dirinya sendiri dengan melakukan sesuatu hal yang mereka senangi.
Namun, apakah semua pengemis bersandiwara semata?
Untuk menjawab pertanyaan itu, kiranya perlu kita mengetahui bahwa ada beragam latar belakang mengapa seseorang memutuskan untuk menjadi pengemis. Hal ini menyangkut faktor ekonomi, sosial, budaya, politik, psikologi, pendidikan dan macam-macam. Faktor yang paling besar pengaruh nya adalah faktor ekonomi. Seseorang dengan ekonomi dibawah garis kemiskinan akan berpeluang besar untuk menjadi pengemis.
Menurut subyek penelitian, Maghfur Ahmad (2010) Ada beberapa makna menggelandang dan mengemis yakni:
Menyambung Hidup
Dalam hal ini meminta-minta atau mengemis tidak pernah menjadi pilihan utama. Menjadi seorang pengemis bahkan tidak pernah ada dalam benak seseorang sebagai pilihan dalam hidupnya. Mengemis dilakukan semata-mata demi menyambung hidup. Tanpa meminta belas kasih orang lain nampaknya seseorang tidak akan mampu bertahan hidup.
Ngemis Lebih Mulia daripada Maling