Jangan pernah berkata atau memproklamirkan diri sebagai penikmat kopi sejati jika belum pernah datang dan mencoba Kopi Joss dari Jogja. Sekalipun Anda sudah merasakan kopi dengan kualitas terbaik di dunia,seperti kopi arabika dan robusta misalnya.
Penyajian yang Unik
Di luar negeri, Kopi Joss dikenal dengan nama The Charcoal Coffee. Kopi Joss secara perlahan tapi pasti mulai dikenal luas tidak hanya dalam negeri juga ke luar negeri. Jogja sebagai kota wisata dan budaya banyak menarik kunjungan turis setiap tahunnya. Mereka pun tak akan melupakan untuk mampir dan mencicipi Kopi Joss yang sudah terkenal dari mulut ke mulut akan keunikan dalam proses penyajiannya.
[caption id="attachment_383027" align="aligncenter" width="500" caption="Seorang turis nampak senang dan tak mau kalah sedang menikmati Kopi Joss Jogja. (sumber foto, wisatadi.net)"][/caption]
Jika Anda berkunjung ke kota Jogja, sempatkanlah untuk mampir dan mencoba Kopi Joss. Tidak mahal cukup dengan membayar Rp 5.000 Kopi Joss pun sudah siap dinikmati. Di sebelah Utara Stasiun Yogyakarta atau Stasiun Tugu, banyak dijumpai angkringan yang menyediakan menu utamanya Kopi Joss. Angkringan itu sendiri adalah sebuah gerobak dorong yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasanya terdapat di pinggir ruas jalan. Kata angkringan sendiri merujuk dari bahasa Jawa dari kata nangkring yang memiliki arti duduk santai.
Apa yang membuat Kopi Joss begitu istimewa? Tidak lain dari proses penyajian Kopi Joss itu sendiri. Bahan kopi yang digunakan untuk membuat Kopi Joss adalah biji kopi tradisional pilihan terbaik yang didatangkan dari daerah Klaten Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya. Biji kopi kemudian diracik sendiri dengan cara disangrai, setelah disangrai  ditumbuk hingga halus dan kemudian dimasukkan kedalam tempat yang sudah disediakan. Cara tradisional tersebut dipercaya mampu mempertahankan rasa dan aroma biji kopi sejak proses pemetikan awal.
Air yang digunakan untuk menyeduh Kopi Joss memasaknya harus menggunakan ketel atau sejenis teko besar yang terbuat dari kaleng di atas tungku arang. Memasak menggunakan arang menghasilkan cita rasa yang berbeda daripada memasak menggunakan kompor gas. Penjelasan paling mudah memasak nasi goreng dengan gas dan tungku arang rasa sedap, gurih, nikmat dan lezat pasti lebih terasa saat memasak menggunakan arang, bukan? Begitu pun ketika arang digunakan untuk memasak air tidak jauh berbeda.
Setelah bubuk kopi dicampur dengan beberapa sendok kecil gula, bisa juga ditambahkan sedikit susu. Air panas yang sedari tadi sudah mendidih dalam tungku arang secara perlahan mulai dituang ke dalam gelas. Siraman air panas mendidih mengeluarkan asap dan aroma khas kopi yang sangat kuat saat menyentuh kopi dan gula dalam gelas. Apalagi setelah penjual mengaduk gelas kopi yang ada di atas meja angkringan. Aroma harum kopi semakin sedap.
Tanpa diduga dan disangka, sedari tadi mengamati proses pembuatan Kopi Joss, tiba-tiba dikejutkan oleh penjual angkringan yang mengambil penjepit makanan, bukan untuk mengambil makanan tapi arang dalam tungku yang nyala membara berwarna kemerahan. Setelah menggetok-getokkan arang secukupnya dalam wadah tungku, memastikan hingga tidak ada sedikit bekas debu arang pun yang tersisa, dengan segera penjual memasukkan arang tersebut ke dalam gelas kopi yang barusan telah diaduk-aduk. "Josssssssss," terdengar cukup jelas bunyi mati arang dalam gelas kopi. Entah seperti apa bunyi yang keluar sulit untuk ditirukan kira-kira seperti itu bunyinya. Hasil bebunyian mati arang tersebutlah konon yang digunakan dalam penamaan Kopi Joss. Tidak sampai di situ, penjual kemudian mengambil sendok kecil sembari mencelup-celupkan arang ke dalam gelas kopi dan kemudian mengaduk kembali. Kebersihan arang yang dicelupkan ke dalam segelas kopi terjamin kebersihannya, karena digunakan sekali dalam pembakaran sehingga tidak ada abu tersisa. Lebih jelasnya bisa melihat video di bawah ini.
Video Proses Pembuatan Kopi Joss (Courtesy of YouTube)
"Monggo mas...," kata penjual tersebut dengan senyum ramah di wajahnya. Dalam lamunan sangat singkat dikejutkan penjual untuk segera menerima pesanan Kopi Joss yang masih panas. "Enjih, matur nuwun," jawab saya. Apabila suka dengan rasa kopi pahit bisa tanpa gula. Pembeli bisa menyesuaikan sesuai dengan selera masing-masing. Sebaliknya, Bisa minta ditambahkan susu atau sedikit gula jika kurang manis. Tinggal pesan dan bilang ke penjual saja. Pasti akan dilayani dengan baik.
Manfaat Arang untuk Kesehatan
Reaksi apa yang kira-kira banyak orang rasakan ketika kali pertama melihat ada arang dalam segelas Kopi Joss? Tidak lain pasti muncul pertanyaan apakah aman Kopi Joss untuk diminum? Termasuk penulis pribadi dulu saat kali pertama mencoba Kopi Joss. Tenang saja, Kopi Joss sangat aman untuk dikonsumsi bahkan mendatangkan manfaat bagi peminumnya.
Arang dibakar di atas suhu sekitar 250 derajat celcius, secara alami akan merubah arang menjadi karbon aktif yang berfungsi mengikat polutan dan racun yang ada dalam tubuh. Arang atau karbon aktif sudah dikenal ampuh sebagai obat alami anti racun. Di negara maju sekalipun seperti Amerika Serikat, arang diracik sedemikian rupa sebagai bahan dasar utama pembuatan obat anti racun dalam bentuk suspensi tablet kunyah, cairan, pil dan bubuk. Produknya meliputi Diarrest, Donnagel, EZ-Char, Kaopectate, Kaopek dan Actidose-Aqua.
Daripada langsung mengkonsumsi obat arang, ada cara lain yang lebih nikmat melalui secangkir kopi yang sudah dilakukan Indonesia sejak dahulu kala. Arang yang ada dalam Kopi Joss pun tak perlu dimakan, anggap saja es batu dengan warna hitam. Arang yang digunakan dalam membuat Kopi Joss baiknya menggunakan arang yang terbuat dari kayu Sambi. Biasanya banyak didatangkan langsung dari Kalimantan.
Mengutip dari situs berita CNN, Kent Olson, selaku direktur medis di San Francisco Poison Control System dan profesor klinis di Universitas California, San Francisco mengungkap, arang aktif sudah digunakan sejak dulu untuk mengatasi masalah pencernaan.
Arang juga mengandung zat sorbitol. Suatu zat sebagai pencahar perut dengan proses menyerap racun secara alami dan membuangnya secara alami pula dari saluran pencernaan. Arang juga berkhasiat mengobati penyakit gastritis (asam lmbung), kembung, masuk angin dan panas dalam.
Arang yang dicampur dalam segelas Kopi Joss, bisa mengikat atau mengurangi kadar kafein yang terdapat dalam kopi. Terlalu banyak kafein dalam tubuh juga tidak baik. Seandainya Kopi Joss berbahaya dikonsumsi dan merusak  kesehatan karena dicelup arang, tentu sudah dari dulu Dinas Kesehatan dan pihak terkait kota Yogyakarta melarang keras penjualan Kopi Joss. Nyatanya, sejak pertama kali ada sekitar tahun 1970-an hingga sekarang Kopi Joss terus diburu pecinta kopi sejati. Sejak pertama ada hingga kini usianya memasuki tahun ke-45.
*****
Sekedar mengobrol atau menghilangkan penat, dulu saat masih tinggal di Jogja, rutin setidaknya satu minggu sekali untuk minum Kopi Joss bareng teman-teman. Alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada efek samping yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi Kopi Joss. Terbukti bukan bahwa Kopi Joss memang aman untuk dikonsumsi.
Mengobrol, nongkrong atau diskusi bareng teman di angkringan Kopi Joss memang asyik. Jam buka angkringan Kopi Joss petang hingga pagi hari. Biasanya seusai shalat magrib sudah ada yang siap melayani pembelian Kopi Joss. Semakin malam pembeli yang datang akan semakin ramai. Ada yang memilih duduk di kursi panjang depan angkringan banyak juga yang memilih duduk lesehan di atas tikar yang sudah dipersiapkan.
Menikmati Kopi Joss tidak lengkap rasanya jika tidak mencicipi menu lain yang ada di nampan angkringan. Sate usus, sate telur puyuh, berbagai jenis gorengan seperti bakwan, pisang goreng, tempe goreng, roti bakar dan sego Kucing siap menemani Kopi Joss. "Srupuuuut...ah, nikmat sekali bung." Rasa Kopi Joss sangat kuat sekali rasa kopinya, mungkin dipengaruhi adanya arang yang dicelupkan. Ada sesuatu yang berbeda dengan rasanya, tak seperti kopi pada umumnya. Pembeli pun bisa meminta penjual untuk menghangatkan kembali gorengan yang ada dengan cara membakar pada tungku arang.
[caption id="attachment_383028" align="aligncenter" width="550" caption="Dua gelas Kopi Joss dengan arang yang mengambang di atasnya, ciri khas dari Kopi Joss jogja. (sumber foto, mindtalk.com)"]
![14312926051816190042](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14312926051816190042.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Penamaan sego Kucing yang dalam bahasa Indonesia berarti nasi Kucing karena porsinya sedikit seperti untuk makan Kucing. Dibungkus dengan daun pisang di dalamnya ada sambel Teri ada juga tempe oseng dan bihun. Jika makan satu bungkus masih kurang kenyang boleh nambah hingga kenyang asal bayar saja :D
Pelanggan Kopi Joss untuk semua kalangan. Mulai dari pejabat, seniman, budayawan, wartawan, mahasiswa, hingga pekerja malam semuanya bisa datang dan membeli Kopi Joss. Para seniman yang sering nongkrong di tempat itu antara lain Marwoto Kawer, Butet Kartarejasa, Djaduk Ferianto, Emha Ainun Nadjib, dan lain-lain.
Masih ingat kali pertama datang ke Jogja dalam rangka belajar di Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) hingga lulus ke perguruan tinggi, jika dihitung sejak 2003-2014. Pada tahun 2015 awal, kami pun pindah dan menetap di Jakarta. Di Jakarta belum menemukan Kopi Joss, sebagai gantinya saya mengkonsumsi kopi Nescafé. Menulis artikel ini pun ditemani oleh secangkir kopi Nescafé. Jogja memang istimewa, ngangenin maka tidak heran ada tagline "Jogja Never Ending Asia". Love You and Miss You Jogja. Salam blogger.
[caption id="attachment_383103" align="alignleft" width="550" caption="Sumber dokumentasi pribadi. Pengganti Kopi Joss, Nescafe. Rasa kopinya tak kalah kuat. "I need a cup of coffe to make me comfort"."]
![1431329610429097937](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1431329610429097937.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Akun sosial media penulis:
Facebook: https://wwww.facebook.com/akangyanto
Twitter: @CoretanMasDede
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI