Mohon tunggu...
Dede Suharna
Dede Suharna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak // Mahasiswa : Dede Suharna // NIM : 67121020002 // Program Doktor Manajemen Universitas Mercubuana (Meruya)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bisnis Keberlanjutan: Peran Kinerja Perbankan, ESG dan Financial Technology

14 Desember 2022   22:35 Diperbarui: 14 Desember 2022   22:38 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks bisnis dan politik, keberlanjutan adalah upaya untuk mencegah penipisan sumber daya alam atau fisik agar tersedia dalam jangka panjang. Sementara merujuk pada buku Business Sustainability: Concepts, Strategies and Implementation dijelaskan bahwa Sustainability adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai tujuan bisnisnya dan menambah nilai jangka panjang bagi pemilik (pemegang saham) dan kemudian mengintegrasikan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam strategi perusahaan. Selain itu, keberlanjutan juga dapat merujuk pada keberhasilan eksistensi dan daya saing yang kuat dari suatu perusahaan. Berdasarkan penjelasan yang diuraikan di atas, kita dapat memahami bahwa gagasan utama keberlanjutan bisnis terdiri dari upaya mempertahankan kondisi kegiatan bisnis dalam jangka panjang, memastikan penggunaan sumber daya secara ekonomis. Selain menghasilkan keuntungan, para pelaku bisnis didorong untuk memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dalam strategi bisnisnya. Konsep business sustainability mencakup ekonomi, lingkungan, dan lingkungan sosial. Pemahaman ini menekankan dampak masa depan dari kebijakan atau praktik bisnis tertentu terhadap manusia, ekosistem, dan ekonomi yang lebih luas.

Keberlanjutan bisnis adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai tujuan bisnisnya dan menumbuhkan nilai jangka panjang serta mampu meningkatkan kinerja bisnis secara terus menerus dan stabil sambil menerapkan nilai ekonomi, sosial dan lingkungan sebagai strategi bisnis. Keberlanjutan bisnis biasanya didasarkan pada standar 3P, yaitu. People, Profit, dan Planet.

Mengapa Kinerja Perbankan dan ESG penting bagi keberlanjutan usaha

Ada banyak alasan mengapa pelaku bisnis perlu memahami apa itu keberlanjutan. Yang terpenting, tidak ada masa depan yang baik jika bisnis dan kegiatan ekonomi mengambil semua sumber daya. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa business sustainability penting untuk dipahami oleh pebisnis dan pengusaha (Rohman, 2022): (1) Untuk membangun rantai pasok yang lebih berkelanjutan, karena perusahaan yang menerapkan konsep ini dalam bisnisnya biasanya lebih sedikit mengalami gangguan pasokan bahan baku, dll. (2) Ciptakan basis pelanggan yang lebih setia, karena semakin banyak konsumen kini mencari perusahaan untuk produk yang memenuhi dampak sosial dan lingkungan mereka. (3) Untuk membentuk citra perusahaan dan meningkatkan efisiensi kerja, memastikan pelaksanaan kegiatan bisnis yang paling efisien dan efektif.

Dan disadari atau tidak, penerapan tanggung jawab perusahaan secara otomatis akan meningkatkan kinerja perusahaan Anda karena Anda dapat mengelola penggunaan sumber daya alam secara efektif. Ini memfasilitasi perencanaan strategi bisnis jangka panjang. Transformasi digital dan memaksimalkan penggunaan teknologi adalah cara terpenting untuk mencapai bisnis yang berkelanjutan. Dimungkinkan juga untuk menggunakan perangkat lunak bisnis berkelanjutan, bahkan lebih murah, mudah dan efektif. Perangkat lunak ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola sumber daya yang dikeluarkan, memelihara lingkungan bisnis, dan memberikan dampak sosial untuk membantu Anda mencapai keberlanjutan bisnis secara lebih efektif dan efisien.

Kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan mungkin tampak seperti konsep baru, oleh karena itu pemasok bahan baku yang lebih ramah lingkungan tidak terlalu banyak, sehingga harganya juga lebih tinggi dari bahan baku biasa. Namun, ini tidak berarti bahwa pemilik bisnis harus sepenuhnya meninggalkan konsep keberlanjutan. Bisnis yang berkelanjutan menawarkan lebih banyak manfaat daripada sekadar keuntungan bisnis, jadi jangan takut untuk mencari manajemen bisnis yang lebih ramah lingkungan. Lakukan penilaian dan coba cari model bisnis yang lebih tepat dengan kondisi tersebut agar bisnis dapat terus berjalan tanpa merusak lahan dan menguras sumber daya alamnya.

Di era Industri 4.0 tidak dapat dipungkiri bahwa sektor keuangan atau perbankan akan mengalami transformasi digital. Ada dua hal yang mendorong transformasi digital sektor keuangan. Yang pertama adalah opsi digital. Kehadiran e-commerce di Indonesia, pasar terbesar ASEAN, diharapkan dapat memperluas ekonomi digital Indonesia menjadi $12 miliar pada tahun 2025. Setelah itu, jumlah transaksi digital akan meningkat dan volume transaksi meningkat 1,53 persen setiap tahunnya. (kegembiraan) dan nilai transaksi tumbuh 13,9 persen (kegembiraan) pada Desember 2020. Kemudian bonus demografi dengan potensi pasar yang besar sebanyak 270 juta orang. Potensi tersebut berasal dari Generasi Y dan Generasi Z masing-masing sebesar 25,87 persen dan 21,88 persen. Pada Oktober 2021 tercatat 106 peer-to-peer lending atau fintech (P2P) dan 59 emiten elektronik terdaftar di OJK, dan pada Desember 2020 tercatat 89 penyelenggara IKD (Inovasi Keuangan Digital) di OJK (Sulistyorini, 2021).

 Faktor lainnya adalah perilaku digital yang semakin hidup. Hal ini terlihat dari meningkatnya penggunaan ponsel, laptop, tablet, dan jam tangan pintar. Kedua faktor tersebut membuat pemerintah dan swasta bereaksi cepat untuk memenuhi segala kebutuhan konsumen di era digital ini.

Bagaimana Kinerja Perbankan dapat mempengaruhi Keberlajutan perbankan

Untuk menerapkan ESG di pasar keuangan Indonesia, pelaku bisnis harus mengikuti prinsip-prinsip bisnis berkelanjutan. Dalam penerapan ESG, perbankan dapat menggunakan prinsip ekologis dalam pemberian kredit, yaitu membiayai kegiatan usaha yang tidak mempengaruhi aspek lingkungan. Kemudian sektor perbankan harus ramah sosial, seperti toleransi yang baik terhadap perempuan dan mengutamakan kelompok rentan. Bank juga harus mengikuti prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dalam penerapan ESG.

Peserta bisnis tidak dapat hanya fokus pada salah satu dari tiga aspek yang berlaku (lingkungan, sosial dan tata kelola) ketika menerapkan prinsip-prinsip ESG. Misalnya, dalam transaksi keuangan, bank belum bisa dikatakan menerapkan prinsip ESG jika hanya fokus pada pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk memenuhi pertimbangan sosial. Mereka juga harus memprioritaskan pendanaan ekonomi hijau dan tata kelola perusahaan yang baik (GCG). Hal ini karena ESG merupakan konsep yang mencakup aspek lingkungan, sosial dan pengelolaan secara utuh atau menyeluruh dan tidak terpecah-pecah. jadi tidak bisa dibedakan dalam aplikasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun