Pesanku Untuk Puan
Teruntuk puan,
Yang merasa tidak sempurna,
Tadi malam langit Bandung indah sekali,
Pertanda malam sedang sempurna
Untuk menulis puisi,
Untuk menulis sentimen,
Namun 2 jam setelahnya,
Suhu udara berubah menjadi lembab,
Kehilangan riang di wajah,
Setiap hari aku bertemu wajah-wajah itu,
Di rumah, di jalan, di pasar, di dalam buku-buku,
Semakin kesini, kita sadar keadaan sering menyakiti
Dengan warna-warna yang beragam,
Tapi jangan kau kasihani, jangan kau kasihani,
Biarkan, biarkan dunia menyakitimu,
Puan,
Ada banyak hal yang akan mengikis tubuhmu,
Janji, omong kosong, kritikan,
Kau sadar, ada banyak yang hilang dari
Tubuh-tubuh itu,
Mimpi, Selera nonton film, bahkan kau lupa merayu Tuhan,
Puan,
Apa yang harus kau percayai dari sekedar omongan?
Sepi sendiri menyendiri,
Kecewa terluka bahagia,
Hey, kau tahu tidak?
Ada yang ingin melihatmu hebat,
Ada yang ingin melihatmu riang kembali,
Puan,
Kau terlalu lama merawat gelisah,
Ada banyak hal yang bisa kau bagi,
Ada banyak ingin yang bisa kau pesan,
Luaskan inginmu puan,
Jangan kau biarkan mimpi itu layu,
Jangan biarkan mimpi itu hilang keberanian,
Aku tahu kau bukan puan yang mudah
Dirayu oleh puisi,
Kau puan urban yang hebat.
D. Deva Permana
Ditulis di ruang kos,
hanya menghabiskan satu gelas air.