Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jangan Heran Kalau Timnas Indonesia Sulit Mengalahkan Burundi Back to Back

27 Maret 2023   21:12 Diperbarui: 28 Maret 2023   14:12 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia merayakan gol saat kontra Burundi di Stadion Patriot, Bekasi, Sabtu (25/3). Sumber gambar: Kompas.com/Kristianto Purnomo.

Sebagai Warga Negara Indonesia, tentu saya senang bila tim nasional sepak bola Indonesia bisa menang back to back atas Burundi di FIFA Matchday jilid dua yang berlangsung Selasa (28/3) malam pukul 20.30 WIB, di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi.

Tetapi, saya juga teringat dengan kemenangan back to back di FIFA Matchday atas Curacao September tahun lalu juga dapat membuat tim 'Garuda' melayang tanpa fokus. Dampaknya, di turnamen seperti Piala AFF 2022, mereka tidak sanggup menampilkan apa yang mereka suguhkan pada laga uji coba internasional.

Padahal, pasca-uji coba tersebut, publik Indonesia dan ASEAN--seperti Malaysia dan Vietnam--berdecak kagum terhadap kemenangan Fachruddin Aryanto dkk atas tim berperingkat 80-an dunia tersebut--peringkat 86 per Desember 2022.

Indonesia pun diprediksi akan dapat menjadi juara di Piala AFF 2022 karena penampilan tersebut. Bahkan, pelatih Thailand, Mano Polking juga mengaku bahwa timnya akan kesulitan mempertahankan gelar juara karena Indonesia akan datang dengan pasukan alumni finalis Piala AFF 2020 yang kini lebih matang.

Ya, teorinya begitu. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Beberapa pemain yang memperkuat timnas di edisi kedua bersama Shin Tae-yong ternyata masih rapuh. Rapuh dalam hal membuat keputusan, dan terutama masih sering salah mengoper bola, yang hal itu minim terjadi di tim seperti Vietnam dan Thailand.

Kesalahan mendasar yang masih menghantui Timnas Indonesia tersebut, akhirnya dihukum oleh Thailand di babak grup dan Vietnam di semifinal.

Meski Indonesia sebetulnya tampil bagus dan mendominasi saat menjamu dua tim tersebut di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, namun tim yang ingin juara tentu tidak membuat kesalahan mendasar.

Termasuk kesalahan dalam mengeksekusi bola di dekat gawang yang sudah ditinggal kiper dengan menendang bola menuju tiang dekat, bukan seratus persen ke tengah gawang.

Ada dua kemungkinan di situ, yakni pemain menyepelekan peluang yang didapatkan. Atau, pemain sudah tidak fokus, sehingga ingin segera menendang bola dan ingin berselebrasi.

Beruntung, penampilan yang kurang maksimal dari pemain-pemain yang sebetulnya diharapkan dapat menjadi andalan Timnas Indonesia kemudian diganti Shin Tae-yong dengan pemain-pemain yang masih fokus untuk kebutuhan tim, bukan untuk promosi diri di bursa transfer.

Shin Tae-yong yang konon masih ada yang menganggap dirinya menganak-emaskan beberapa pemainnya yang dua diantaranya adalah Witan Sulaeman dan Egy Maulana Vikri, pada kenyataannya tidak demikian.

Kedua pemain itu mulai kehilangan tempat di Piala AFF 2022, dan digantikan pemain seperti Dendy Sulistyawan, Saddil Ramdani, dan kini di uji coba kontra Burundi leg 1 ada Stefano Lilipaly dan Yakob Sayuri.

Keberadaan Stefano Lilipaly pasca-drama pemanggilan pemain Indonesia ke FIFA Matchday kontra Burundi, membuktikan Shin Tae-yong seorang gentle man. Bahkan, dia langsung menurunkan Lilipaly sebagai starter pada laga kontra Burundi, Sabtu (25/3) lalu.

Begitu pun dengan Yakob Sayuri yang awalnya diproyeksikan sebagai alternatif bek kanan Asnawi Mangkualam--konon juga anak emas lainnya Shin Tae-yong--seperti di Piala AFF 2022, kemudian menjadi penyerang sayap kanan saat kontra Burundi.

Padahal, posisi penyerang sayap kanan biasanya diisi antara Egy, Witan, atau Saddil. Dua nama terakhir masih ada di barisan skuad yang dipanggil untuk FIFA Matchday kontra Burundi, sedangkan Egy digantikan Lilipaly.

Artinya, Shin Tae-yong berusaha memberikan kesempatan sama kepada semua pemain terbaik Timnas Indonesia. Bahkan, tugas menjaga gawang 'Merah Putih' tidak hanya dibebankan kepada Nadeo Argawinata, melainkan juga dapat dijaga Syahrul Trisna Fadillah.

Mereka pun bisa dikatakan dapat menjawab kesempatan tersebut dengan cukup baik.

Meski begitu, hasil kemenangan 3-1 atas Burundi di leg 1 bukan hanya karena permainan Timnas Indonesia yang kembali menjadi kesatuan seperti kala menghadapi Curacao, melainkan Burundi juga mirip seperti Curacao di leg 1 saat itu, yakni masih meraba-raba permainan Timnas Indonesia.

Alhasil, Burundi terintimidasi di babak pertama. Barulah, mereka seperti mulai tahu bahwa permainan Indonesia tidak sesemenjana peringkat FIFA-nya. Sehingga, sejak awal babak kedua, Burundi mulai terus mencari cara agar dapat mencetak gol dan akhirnya berhasil.

Hanya saja, Burundi yang punya beberapa pemain yang berkarier di Eropa, masih belum seperti Curacao yang mampu beradu taktik dengan Indonesia dan merebut kontrol permainan atas tim tuan rumah.

Burundi di leg 1 masih cenderung mendekati level permainan Indonesia, yakni ada salah oper dan ketika bertahan kurang koordinasi, sehingga mereka tidak tampil maksimal dalam meladeni Indonesia.

Ditambah, mereka lebih familier dengan lapangan Jakarta International Stadium (JIS) daripada Stadion Patriot, karena mereka disediakan tempat berlatih di JIS. Maka, leg 1 betul-betul menjadi awal Burundi mempelajari segalanya tentang Timnas Indonesia, cuaca, hingga kondisi lapangan saat diguyur hujan dan gerimis.

Dan, yang pasti, Timnas Indonesia yang berperingkat 151, alias 10 tangga di bawah Burundi, ternyata pola pendekatan bermainnya cukup taktis. Sehingga, diyakini bahwa Burundi akan lebih serius di pertemuan kedua. Setidaknya, seperti di babak kedua leg 1.

Itulah kenapa, pada pertemuan kedua nanti, Indonesia vs Burundi bisa saja akan berakhir imbang. Atau, justru menjadi kemenangan di pihak Burundi.

Walaupun sebagai WNI, harapan saya tentu Indonesia dapat kembali menang, meski dengan skor tipis, yakni 1-0 atau 2-1.

Apa pun hasilnya itu tidak semata-mata untuk perbaikan peringkat Indonesia di FIFA, melainkan sebagai obat pelipur kegalauan atas drama drawing Piala Dunia U-20 2023 yang dibatalkan FIFA karena polemik penolakan Israel untuk bermain di Indonesia.

Ya, bila Indonesia gagal segera menyelesaikan permasalahan tersebut, bukan tidak mungkin Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Juga, bisa saja, Indonesia akan disanksi FIFA lantaran dengan seenak jidat melakukan boikot terhadap tim peserta yang punya hak untuk bertanding di putaran final Piala Dunia U-20 2023 dengan keringat yang telah mengucur di atas lapangan.

Bayangkan saja, bila Indonesia diboikot negara lain, dan timnasnya berhak bermain di turnamen yang digelar di negara tersebut. Apa yang dirasakan masyarakat Indonesia?

Dan, bila Indonesia betul-betul terkena sanksi FIFA akibat polemik tersebut, bisa saja peringkat Indonesia akan kembali terjun bebas seperti pada 2015 lalu. Jika begitu, sepak bola Indonesia akan makin semenjana saat negara-negara lain terus berkembang.

Siapa yang rugi?

Indonesia.

Itulah kenapa, tulisan saya sebelumnya, yakni 'Timnas Indonesia vs Burundi, Ketika Sepak Bola Kita Masih Semenjana', tidak membahas hal teknis seputar pratinjau Indonesia vs Burundi. Dikarenakan, saya tidak punya keresahan terhadap laga uji coba tersebut.

Keresahan saya justru mengenai situasi sepak bola kita yang terlalu banyak drama setelah 2010, yang kemudian berimbas ke peringkat FIFA yang menurun dan anjlok hingga 191 pada Juli 2016 akibat sanksi FIFA seperti 2015 lalu.

Indonesia pun bersusah-payah memperbaikinya hingga kini berada di peringkat 151 per Desember 2022. Tetapi, masih saja peringkat tersebut dipandang rendah bagi negara lain, dan karena itulah Indonesia kemudian dipandang sebelah mata oleh dunia, yang mengakibatkan Indonesia kesulitan mengajak tim kuat untuk beruji coba.

Memangnya, ada tim kuat yang mau beruji coba dengan tim peringkat 150-an?

Dampak dari peringkat yang buruk juga berpengaruh terhadap mentalitas pemain di atas lapangan. Bisa saja, saat berlatih, pemain Indonesia terlihat sangat bagus, namun saat di pertandingan sesungguhnya, pemain Indonesia mengalami degradasi kepercayaan diri.

Jika demikian, akan sulit bagi siapa pun pelatihnya untuk mendongkrak permainan Indonesia lewat sisi teknis, karena para pemain sudah menurunkan level bertarungnya. Dan, penurunan level bertarung tersebut akan membuat Indonesia akan kesulitan menghadapi tim yang punya kemauan untuk menang yang tinggi, terutama di level turnamen.

Itulah kenapa, ketika beruji coba, Timnas Indonesia terlihat menjanjikan. Karena, ada faktor lain yang bisa menjadi penyebabnya, yakni tim lawan tidak mempunyai keinginan kuat untuk menang. Atau, tim lawan masih menyepelekan Timnas Indonesia.

Sedangkan, di level turnamen, semua tim punya keinginan kuat untuk menang yang sama tinggi, dan cenderung tidak peduli dengan kondisi lawannya apakah lemah atau setara.

Maka dari itu, saya tidak meresahkan pertandingan Indonesia vs Burundi leg 1. Walaupun, bukan berarti, saya tidak menghargai perjuangan para pemain Indonesia. Justru, saya mengapresiasi mereka karena mampu menunjukkan diri sebagai tim yang tidak dapat diremehkan.

Sama seperti Arab Saudi di Piala Dunia 2022 yang sempat membuat Argentina dan dunia terkejut akibat kemenangan mereka atas Argentina. Walaupun, kemudian mereka gagal lolos dari fase grup dan Argentina justru menjadi juaranya, kita bisa melihat bahwa tim yang diremehkan bisa membuat kejutan.

Tinggal, apakah kejutan itu dapat dipertahankan menjadi penampilan yang konsisten atau tidak. Itulah yang nanti akan menjadi pekerjaan dari Timnas Indonesia saat menjamu Burundi pada jilid kedua.

Ya, semoga, Indonesia bisa menang lagi, dan Indonesia juga tidak batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, agar sepak bola kita tidak makin sakit.

Tetap semangat, Indonesiaku!

Malang, 27 Maret 2023

Deddy HS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun