Formasi yang sebenarnya ofensif, tetapi cenderung seimbang. Karena, tiga pemain di tengah bertipe bertahan, sedangkan tiga pemain di depan bertipe dinamis--bisa diajak bertahan maupun menyerang cepat.
Ini juga berbahaya kalau Leeds melakukan kesalahan. Karena, mereka bisa dihukum dengan serangan balik cepat.
Tetapi, cukup beruntung bagi Leeds, karena Arsenal sudah memilih "bersantai". Mereka lebih fokus bertarung di tengah dan itu sudah cukup untuk membuat Leeds terhempas di kandang sendiri.
Skor 1-4 menjadi akhir dari laga yang sebenarnya seru, meski berakhir dengan skor yang timpang. Arsenal terlalu superior untuk pertahanan rapuh Leeds United, dan ini membuat perhatian langsung terpusat kepada Bielsa.
Apa yang menjadi problematika antara Bielsa dengan Leeds?
Sebagai penggemar sepak bola menyerang dan terbuka, sebenarnya saya sangat respek dengan Bielsa. Meskipun saya cenderung jarang menonton pertandingannya, karena dia jarang melatih klub besar yang mudah mendapatkan jatah penayangan di televisi Indonesia secara free-to-air.
Namun, sejak Leeds promosi ke EPL musim lalu--dan ketika EFL disiarkan TVRI pada 2018/19, saya beberapa kali menonton pertandingan Leeds United dan mengakui kalau Bielsa memang bukan pelatih yang cocok dengan tim semenjana.
Baca juga: Leeds United Disebut Box Office-nya Premier League, Anda Setuju?
Alasannya sudah jelas, yaitu permainan Bielsa cenderung terbuka dan menyerang, alih-alih bertahan dan pragmatis ala tim-tim pengisi kuota 20 klub di EPL.
Meski terlihat menghibur, saya tidak sepenuhnya sepakat dengan pendekatan Bielsa terhadap Leeds United. Karena, menurut saya, Leeds United secara skuad, bukanlah tim seperti Liverpool dan Manchester City.