Misalnya, kalau di Man. United mengandalkan Cristiano Ronaldo sebagai pencetak gol utama, Atletico punya Luis Suarez, Angel Correa, dan Antoine Griezmann. Untuk nama terakhir bisa menjadi penentu yang sulit diprediksi sumbangsihnya.
Pekerjaan rumah Atletico adalah membongkar pertahanan Man. United yang kalau sedang bagus, pasti akan sulit ditembus. Selain ini, pendekatan cara bertahan Man. United juga mirip Atletico.
Bedanya, Man. United dengan Ralf Rangnick menjadikan bertahan dengan garis tinggi untuk menyerang, sedangkan Atletico dengan Diego Simeone menjadikan pertahanan garis tinggi memang untuk bertahan.
Inilah yang akan membuat kedua tim sulit diprediksi. Meskipun, harus ada tendensi ke satu klub, karena yang harus lolos hanya satu di antara mereka.
Laga sulit terakhir adalah PSG vs Real Madrid. Bagi kedua klub ini, jelas tidak ada yang senang dengan hasil pengundian ulang ini.
Real Madrid tentu lebih gembira jika lawannya tetap Benfica, alih-alih PSG. Begitu juga dengan PSG yang pasti masih menganggap Man. United lebih mudah ditaklukkan dibanding El Real. Jelas!
Tetapi, inilah yang terjadi. Dan, mereka harus mampu segera menunjukkan permainan terbaik mereka agar dapat lolos ke babak 8 besar.
Secara kualitas permainan kolektif, Real Madrid unggul. Tetapi, secara kualitas pemain individunya, PSG yang unggul.
Real Madrid musim ini mempertontonkan sepak bola simpel dalam mengalirkan bola, alias tidak bertele-tele. Dan ketika bertahan, mereka tidak takut untuk menerapkan garis pertahanan rendah, karena itu sebenarnya merupakan jebakan.
Pertahanan garis rendah adalah upaya untuk memancing para pemain lawan merangsek ke depan, dan ketika bola lepas lalu dimenangkan oleh pemain Real Madrid, maka bola akan dialirkan dengan cepat ke depan.
Di sana, ada Vinicius Jr. dan Karim Benzema yang akan sigap mengejar bola lalu melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti. Hal ini sudah terlihat di laga melawan Inter Milan di pertemuan pertama fase grup, yang membuahkan kemenangan 0-1.