Mereka menjadi lebih terburu-buru dan akurasi operan tidak bagus. Beruntung, Indonesia bisa menambah gol lewat tendangan indah Ramai Rumakiek, pasca menerima operan Ricky Kambuaya.
Kedudukan 4-1 membuat Kamboja berusaha keluar habis-habisan untuk menyerang. Namun, di sini Indonesia bisa beruntung karena ada faktor pengganjal Kamboja untuk dapat membuat kejutan.
Faktor pengganjalnya adalah operan pendek Kamboja cenderung masih lambat, dan kualitas pemain yang ada di depan tidak cukup bagus untuk berduel satu lawan satu dengan pemain bertahan Indonesia.
Meski begitu, Kamboja bisa mencetak gol kedua ke gawang Syahrul Trisna Fadhil lewat eksekusi tendangan bebas jarak jauh dari Prak Mony Udom. Skor berubah menjadi 4-2 pada menit 60.
Di sinilah kemudian pemandangan mengerikan terjadi. Para pemain Indonesia terlihat sudah letih, pemandangan yang tidak biasa di masa kepelatihan Shin Tae-yong.
Alhasil, pada 15 menit akhir babak kedua, ketika tim Indonesia sempat melakukan tekanan tinggi ke penguasaan bola Kamboja di pertahanan mereka, hasilnya tidak maksimal. Karena, yang bisa terus menekan hanya Ramai dan Kushedya Hari Yudo yang menggantikan Ezra Walian.
Di sinilah kita melihat penyakit Timnas Indonesia kambuh. Lalu, kenapa itu bisa terjadi?
Pertama, faktor lokasi pemusatan latihan yang terlihat tidak sesuai iklim tempat terselenggaranya Piala AFF. Pemain perlu beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi dan bisa saja mengakibatkan pemain cepat lelah.
Kedua, faktor drama paket makanan dari pihak panitia penyelenggara. Porsi yang dikabarkan terlalu sedikit untuk ukuran atlet bisa menjadi salah satu faktor, dan tidak hanya Indonesia yang mengeluh tentang itu.
Ketiga, Shin Tae-yong melakukan "rotasi" pemain. Itu dapat dilihat dari susunan pemain yang tidak seperti pada laga uji coba.