Norwich City juga tidak mau berlama-lama dengan upaya membuat perubahan lewat pergantian manajer. Daniel Farke (Jerman) dipecat pada 6 November, bahkan setelah Tim Krul dkk menang untuk pertama kalinya di musim ini.
Kemudian, Aston Villa yang musim lalu sempat membuat Emiliano Martinez besar kepala pasca pergi dari Arsenal, harus memecat Dean Smith (Inggris) pada 7 November. Pergantian ini sepertinya dirayakan orang Inggris, karena manajer barunya juga orang Inggris, Steven Gerrard.
Terlihat keren, ya!
Kabar pemecatan paling panas tentu adalah Ole Gunnar Solskjaer yang diberhentikan lajunya sebagai manajer di Old Trafford. Perjalanan Solskjaer sebagai manajer The Red Devils resmi usai pada 21 November, setelah Man. United dihancurkan 4-1 oleh Watford.
Baca juga: Mengenal Taktik Ralf Rangnick (Lamhot Situmorang)
Uniknya, fenomena di EPL juga terjadi di Liga 1. Bahkan, bisa saja dikatakan lebih kejam dari EPL.
Sementara ini, sudah tercatat ada tujuh pelatih yang harus angkat kaki dari klub-klub yang bahkan mulai susah bersaing di Asia--dengan masih merindukan Persipura yang dulu kompetitif di sana. Di antara mereka ada tiga pelatih lokal yang harus menjadi korban.
Sedikit lebih menyenangkan, tetapi kalau dilihat secara luas, dari 18 klub Liga 1, delapan klub dilatih orang Indonesia. Artinya, memang secara kuantitas pelatih asing akan lebih mudah untuk dipecat.
Bayaran yang lebih tinggi dan harapan kualitas kepelatihannya lebih tinggi, maka tuntutan klub juga tinggi. Maka, tidak mengherankan kalau pelatih-pelatih asing rawan dipecat.
Hanya saja, penggantinya juga biasanya pelatih asing. Seperti Borneo FC yang ditinggal cepat oleh Mario Gomez (Argentina) sejak 16 September.
Penggantinya juga pelatih asing, yaitu Risto Vidakovic, asal Bosnia-Herzegovina. Tim manajemen menunjuknya pada 3 Oktober, setelah sempat dilatih sementara oleh Ahmad Amiruddin (Indonesia).