Sebenarnya, dia juga pernah mendapatkan gelar aktor terbaik di Usmar Ismail Award (2017), saat berperan di film "Istirahatlah Kata-Kata" (2016), sebagai Wiji Thukul.
Jika ditarik mundur, sebenarnya seniman-seniman hebat yang berasal dari sanggar teater sangat banyak. Ada Teguh Karya, W.S Rendra, Arifin C. Noer--yang namanya sering diperbincangkan setiap 30 September dan 1 Oktober, hingga Christine Hakim dan Ratna Riantiarno. Tetapi, keberhasilan Gunmar meraih penghargaan di FFI 2020 bisa dikatakan adalah angin segar untuk aktor-aktor yang berangkat dari teater untuk dekade 2020-an.
Bahkan, tidak tanggung-tanggung, peraihnya adalah seniman senior. Artinya, potensi memperoleh penghargaan tertinggi di kancah kesenian nasional masa kini tidak hanya dengan faktor usia muda dan fisik "ideal", melainkan bisa karena kualitas berkeseniannya.
Itu yang membuat saya juga respek dengannya. Di usia yang mulai menuju senja, dia masih sanggup menunjukkan kualitas terbaiknya.
Saya pun menganggap Gunmar adalah sosok yang relevan untuk menjadi salah seorang panutan bagi siapa pun yang sedang bercita-cita atau berusaha menjadi pembuat karya, terutama di kesenian.
Sampai kemudian, saya sempat berharap suatu saat kalau Indonesia mendapatkan lirikan dari panitia Met Gala untuk mencari sosok yang dapat menjadi representasi orang multitalenta dan berpengaruh terhadap masyarakat, terutama di Indonesia, maka dia adalah Gunawan Maryanto.
Apakah itu muluk-muluk?
Seharusnya, tidak. Hanya saja, yang mungkin menjadi faktor pertimbangan selain parameter yang dipunya panitia dan juri Met Gala adalah kesediaan Gunmar untuk hadir ke sana.
Baca juga: Deretan Figur Publik Indonesia yang Patut ke Met Gala
Sebagai orang Indonesia dan menaruh respek terhadap pencapaiannya, saya tentu mengharapkan dia dapat meraih kesempatan tampil di media internasional. Tetapi, selain saya yang hanya bisa berharap, saya juga harus menyadari bahwa masa depan adalah misteri.