Melihat Inter Milan bisa mengalahkan Fiorentina di lanjutan Serie A 2021/22 pekan kelima (22/9), saya malah berpikir tentang Napoli. Kenapa?
Saya berpikir, bahwa Napoli adalah salah satu faktor eksternal yang mungkin mendorong Inter untuk harus bangkit di babak kedua di laga ini--setelah tertinggal 1-0 dari tuan rumah, agar tidak tertinggal dari Napoli di klasemen sementara.
Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa Napoli saat ini sedang melakukan start bagus dalam empat pekan pertama. Bahkan, hanya mereka yang masih belum tercoreng kekalahan dan hasil seri.
Berbeda dengan Inter yang sudah tertahan saat melawan Sampdoria (12/9). Lawan yang juga akan menjadi lawan Napoli di pekan kelima (23/9).
Laga tersebut secara tidak langsung akan menjadi tolok-ukur antara Napoli dengan Inter Milan. Jika Napoli menang, maka Napoli bisa saja disebut lebih baik dari Inter.
Salah satu faktor penunjang perbandingan adalah Sampdoria di laga ini juga akan bertindak sebagai tuan rumah. Artinya, daya juang Sampdoria akan tidak beda jauh dari saat mereka mempersulit Inter.
Ditambah, mereka juga memenangi laga setelahnya, yaitu menang atas tuan rumah Empoli (19/9), 0-3. Artinya, Napoli akan menghadapi tim yang tidak mudah.
Lalu, bagaimana jika Napoli berhasil keluar sebagai pemenang?
Itu bukanlah kejutan. Ada beberapa faktor yang bisa membuat Napoli menang atas Emil Audero dkk.
Pertama, Napoli bisa tampil efektif. Mereka mampu menyapu bersih empat laga awal musim ini dengan mencetak 10 gol "saja".
Berbanding terbalik dengan Inter Milan yang sudah mencetak 15 gol, sebelum laga kelimanya. Artinya, Lorenzo Insigne dkk. tidak perlu banyak mencetak gol untuk menang.
Kedua, pertahanan mereka sejauh ini cukup baik. Duet Kalidou Koulibaly dan Amir Rrahmani sepertinya menjadi tembok kokoh bagi Napoli, dan berperan besar dalam upaya mereka menjadi salah satu tim yang mempunyai pertahanan terbaik di awal musim bersama AC Milan.
Mereka sama-sama baru kebobolan dua gol dalam empat laga. Ini membuktikan bahwa Napoli tidak hanya mempersiapkan cara bermain bagus di lini depan, melainkan juga di lini belakang.
Ketiga, faktor krusial dari sebuah tim, yaitu pelatih. Per Mei 2021, Napoli mengganti pelatih dari Gennaro Gattuso ke Luciano Spalletti.
Keputusan ini bisa dikatakan tepat, meski tanpa meremehkan kinerja Gattuso. Karena, Gattuso juga sudah dapat mempersembahkan trofi Coppa Italia ke Napoli musim 2019/20. Pencapaian yang bagus bagi seorang pelatih muda.
Namun, Napoli sepertinya butuh lebih, dan itu harus dilakukan bersama pelatih yang sarat pengalaman. Spalletti adalah pilihan yang tepat, karena dia merupakan salah seorang pelatih Italia yang berkualitas.
Memang, rekam jejaknya tidak sementereng Carlo Ancelotti, atau Claudio Ranieri. Bahkan, dia masih kalah pamor dengan Maurizio Sarri.
Namun, Spalletti adalah salah satu faktor krusial di balik kebangkitan AS Roma beberapa musim lalu, terutama pada musim 2016/17. Pada musim itulah, I Giallorossi dibawa Spalletti menjadi runner-up.
Mereka hanya kalah empat poin (87 poin) dari klub peraih scudetto, Juventus. Ketika dia pindah ke Inter, Spalletti juga kembali membawa tim asuhannya perlahan nan pasti untuk bangkit.
Inter yang di musim 2016/17 berada di posisi ketujuh dengan raihan 62 poin, dibawa Spalletti meraih 72 poin untuk finis keempat. Samir Handanovic dkk. hanya berjarak lima poin dari mantan klub Spalletti yang finis ketiga.
Tanpa Spalletti, Roma perlahan menurun, dengan salah satu bukti awalnya di musim 2018/19. Saat itu, Roma yang sudah ditinggal pensiun Totti sejak Juli 2017, harus finis ke-6. Sedangkan, Inter kembali finis keempat dengan raihan 69 poin.
Melihat sepak terjang tim yang diasuh Spalletti sebelum kini melatih Napoli, saya melihat kalau Napoli mempunyai potensi untuk tampil lebih kompetitif dari musim lalu. Bahkan, mereka bisa disebut calon peraih scudetto.
Kalaupun tidak, minimal mereka dapat kembali menjadi pengganggu tim terkuat dan terfavorit untuk juara musim ini. Seperti yang pernah mereka lakukan pada musim 2017/18 dan 2018/19.
Saat itu, Napoli yang dilatih Sarri sempat menjadi pengganggu Juventus, walau pada akhirnya harus mengakui keunggulan empat poin (2017/18) dan 19 poin (2018/19) dari Juventus--95 dan 90 poin--di tiap akhir musim. Namun, itu bisa menjadi patokan target yang realistis bagi Napoli bersama Spalletti musim ini.
Jika Insigne dkk. bisa terus menjaga performa konsistennya, tidak mustahil bagi mereka untuk terus berada di dua besar sampai akhir musim. Soal apakah mereka bisa menjuarai Serie A musim ini dengan mengalahkan satu di antara duo Milan, itu masih menjadi misteri.
Malang, 22 September 2021
Deddy Husein S.
Baca juga: Tantangan Simone Inzaghi Menambal Lubang Conte di Liga Champions
Terkait: Inter.it, Indosport.com, Kompas.com 1, Bolanet, Tempo.co, Goal.com, Okezone.com, Kompas.com 2.
Tersemat: Detik.com dan Indosport.com.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI