Berbanding terbalik dengan Inter Milan yang sudah mencetak 15 gol, sebelum laga kelimanya. Artinya, Lorenzo Insigne dkk. tidak perlu banyak mencetak gol untuk menang.
Kedua, pertahanan mereka sejauh ini cukup baik. Duet Kalidou Koulibaly dan Amir Rrahmani sepertinya menjadi tembok kokoh bagi Napoli, dan berperan besar dalam upaya mereka menjadi salah satu tim yang mempunyai pertahanan terbaik di awal musim bersama AC Milan.
Mereka sama-sama baru kebobolan dua gol dalam empat laga. Ini membuktikan bahwa Napoli tidak hanya mempersiapkan cara bermain bagus di lini depan, melainkan juga di lini belakang.
Ketiga, faktor krusial dari sebuah tim, yaitu pelatih. Per Mei 2021, Napoli mengganti pelatih dari Gennaro Gattuso ke Luciano Spalletti.
Keputusan ini bisa dikatakan tepat, meski tanpa meremehkan kinerja Gattuso. Karena, Gattuso juga sudah dapat mempersembahkan trofi Coppa Italia ke Napoli musim 2019/20. Pencapaian yang bagus bagi seorang pelatih muda.
Namun, Napoli sepertinya butuh lebih, dan itu harus dilakukan bersama pelatih yang sarat pengalaman. Spalletti adalah pilihan yang tepat, karena dia merupakan salah seorang pelatih Italia yang berkualitas.
Memang, rekam jejaknya tidak sementereng Carlo Ancelotti, atau Claudio Ranieri. Bahkan, dia masih kalah pamor dengan Maurizio Sarri.
Namun, Spalletti adalah salah satu faktor krusial di balik kebangkitan AS Roma beberapa musim lalu, terutama pada musim 2016/17. Pada musim itulah, I Giallorossi dibawa Spalletti menjadi runner-up.
Mereka hanya kalah empat poin (87 poin) dari klub peraih scudetto, Juventus. Ketika dia pindah ke Inter, Spalletti juga kembali membawa tim asuhannya perlahan nan pasti untuk bangkit.