Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Keindahan Seni untuk Mengkritik

1 September 2021   15:11 Diperbarui: 1 September 2021   15:49 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karya satir yang perlu dikulik bersama pembuatnya. Sumber: via Hub.jhu.edu

Hal itu bisa terjadi, karena faktor terlalu percaya diri kita terhadap modal informasi yang ada dari diri sendiri atau dari lingkungan terdekat. Sebenarnya, mewakili lingkungan terdekat sudah termasuk satu langkah lebih maju dari sekadar mengungkapkan pemikiran atau pengalaman sendiri.

Tetapi, terkadang lingkungan terdekat bisa saja menjadi anomali bagi kenyataan di lingkungan yang lebih luas. Kita perlu memperhatikan hal ini, karena pada akhirnya sekecil dan sesimpel apa pun karya kita nantinya juga akan menjangkau lingkungan-lingkungan yang awalnya tidak kita sengaja untuk menjangkaunya.

Daya jangkau itu sangat berkaitan dengan keberadaan media komunikasi dan informasi dewasa ini yang makin canggih dari sebelumnya. Itulah kenapa, perlu juga disikapi dengan persiapan yang lebih baik.

Sama halnya dalam upaya mengkritik suatu peristiwa nyata lewat seni. Sebelum melakukannya, si pembuat karya seyogyanya sudah mempersiapkan konsep yang tepat, dan memperkirakan dampaknya akan seperti apa untuk dirinya maupun orang lain yang mengetahui karya tersebut.

Berbicara tentang karya seni terutama yang beraliran satir, selalu berkaitan dengan dampak, terutama dampak sosial. Ini dikarenakan, karya satir sebenarnya identik dengan keresahan sosial, sudah bukan lagi individual.

Kalau masih fokus individual, ada yang namanya 'elegi' dan 'senandika'. Dua jenis ini masih bisa mewadahi keresahan individual, dan bisa lebih intim terhadap personalitas.

Tentang Senandika. Sumber: Educalingo.com/senandika
Tentang Senandika. Sumber: Educalingo.com/senandika

Namun, kalau sudah mengarah ke satir, idealnya itu ada kumulasi keresahan dari beberapa subjek, ada pertukaran pengalaman, dan adanya kroscek pengetahuan. Artinya, ketika seseorang sudah berani membuat karya satir, dia sudah tidak lagi sekadar curhat tentang hidupnya, melainkan mewujudkan kepeduliannya terhadap situasi di sekitar.

Tentang satir. Sumber: Google/search: what is satire
Tentang satir. Sumber: Google/search: what is satire

Dari sinilah kemudian, tanggung jawabnya akan ditambah dengan tuntutan kreasi dan inovasi. Membuat saja tidak cukup, tetapi perlu berinovasi.

Satir haruslah satir. Dia akan lebih menuntut terciptanya proses kontemplasi dari penikmatnya alih-alih sekadar reaksi. Berbeda dengan aliran lain, yang lebih mengharapkan kecepatan transfer pemahaman informasi dari si pembuat ke penikmatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun