Di lain pihak, Quartararo justru makin menjauh. Dia bahkan sempat membuat jarak sampai 4 detik dari pembalap kedua, yaitu Aleix Espargaro.
Keputusan Quartararo untuk segera menyalip Pol sangat tepat. Karena, jika tidak segera mengambil alih posisi Pol, maka ada kemungkinan dirinya terjebak dalam kerumunan lebih lama.
Itu tentu tidak baik bagi Quartararo yang menggunakan ban Soft-Medium. Itulah mengapa, taktik kabur Quartararo sangat tepat.
Berbeda dengan yang dialami Mir yang sekilas seperti berusaha menjaga keausan bannya. Secara logika sederhana, itu tindakan tepat, tetapi di sisi lain juga kurang tepat, karena dia harus terjebak dengan pembalap-pembalap yang mempunyai ban yang idealnya lebih awet daripada dirinya.
Akhirnya, seperti yang kita tahu, bahwa Quartararo berhasil finis sebagai pemenang meski dengan ban Soft-Medium. Ini membuktikan bahwa bukan hanya soal pilihan ban yang menentukan, tetapi juga tentang karakteristik mesin.
Mesin in-line-4 diprediksi masih cocok untuk dipadukan dengan ban Soft-Medium, walaupun harus dengan pendekatan yang berbeda. Sedangkan, pada motor yang bermesin V-4 cenderung hanya bisa bergantung dengan ban Medium-Medium.
Terbukti, antara Bagnaia yang menggunakan ban Soft dengan Miller yang menggunakan ban Medium, ternyata lebih tepat pilihan Miller. Miller yang terlihat kalem di awal, ternyata bisa terus menjaga peluangnya untuk finis di zona podium.
Hanya saja, dirinya harus kalah dari Aleix Espargaro yang sebenarnya pilihan bannya sama, dan karakteristik mesinnya pun mirip. Meski begitu, hasil ini tetap bagus bagi Miller daripada jatuh di Styria dan tidak finis dengan baik di Austria.
Kebahagiaan juga sangat terasa bagi Aleix Espargaro yang berhasil finis ketiga. Ini merupakan podium perdana bagi Aprilia sejak 2000.
Dia tentu sangat bangga meski harus sangat susah-payah mempertahankan zona podium. Hanya ada dua pembalap yang lolos dari hadangannya, yaitu Quartararo dan Rins.