Itulah yang awalnya terjadi di Prancis. Ketika semua mencibirnya, bahkan disematkan julukan "Gokar", dia malah terlihat lebih baik dalam memberikan keberuntungan bagi Prancis.
Hasilnya sudah sangat jelas, bahwa Prancis yang di Euro 2020 sudah berhasil membawa "mobil Formula 1-nya", nyatanya tidak seberuntung Prancis yang menunggangi "Gokar" di Piala Dunia 2018.
Di turnamen itu, Giroud bahkan tidak mencetak gol sama sekali. Tetapi, dia menjadi aktor penting yang dapat memuluskan jalan bagi rekan-rekannya untuk mencetak gol.
Seperti Antoine Griezmann dan Kylian Mbappe. Nama terakhir bahkan patut meresapi pengalamannya bermain dengan Giroud dan Benzema pasca Euro 2020.
Dia yang terlihat seperti tidak menghargai Giroud, kemungkinan perlu sadar, bahwa Giroud-lah yang bisa membuat jalannya bersama timnas lebih mulus. Alih-alih dengan Benzema, yang secara karakter bermainnya hampir mirip dengannya.
Benzema memang sudah lama menjadi penyerang tengah sejak membela Real Madrid, terutama saat membentuk trio BBC dengan Gareth Bale dan Cristiano Ronaldo. Tetapi, dia awalnya di Olympique Lyon lebih fasih sebagai penyerang sayap.
Itulah yang juga ditempati oleh Kylian Mbappe. Maka dari itu, ketika Mbappe bermain bersama Benzema, itu seperti menghadirkan dua pemain yang karakternya mirip dalam satu kesempatan.
Rentang waktu kompetisi yang lebih panjang memberikan ruang lapang untuk menguji permainan dengan tiga penyerang fleksibel. Ini yang membedakan dengan level timnas, yang rentang kompetisinya pendek.
Artinya, semua laga adalah 'partai hidup-mati'. Dengan begitu, permainan tim harus lebih terpola secara baku. Bukan dengan banyak eksperimen, terutama di lini depan.