Hanya butuh dua musim, Giroud memperoleh kesempatan kedua untuk "mengawinkan" gelar Liga Europa dengan gelar Liga Champions. Bedanya, Chelsea sudah berganti manajer tiga kali. Dari Maurizio Sarri ke Frank Lampard, sampai ke Thomas Tuchel.
Namun, Giroud seperti mendapatkan keberuntungan dengan menunjukkan sinyalnya lewat torehan enam gol di Liga Champions. Itu sudah cukup menjadikan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak Chelsea.
Uniknya, dia melakukan itu juga dalam kondisi makin minimnya kesempatan bermain di Premier League. Karena, ada Tammy Abraham dan Timo Werner.
Beruntung, di Liga Champions, Giroud cukup memperoleh kesempatan bermain. Dan ketika kesempatan itu datang, Giroud tidak menyia-nyiakannya.
Salah satunya ketika Chelsea menghadapi Sevilla di fase grup. Giroud berhasil mencetak 4 gol, dan itu mengantarkan Chelsea menjadi juara grup dan tidak akan segera bertemu tim kuat di fase 16 besar.
Artinya, peluang untuk bertahan lebih besar. Benar, hanya untuk bertahan, bukan untuk berusaha meraih gelar yang masih berupa mimpi di siang hari.
Baca juga: Memprediksi Perempat Final Liga Champions 2020-21 dalam Skenario Ideal dan Rasional
Mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan. Karena, mereka berhasil membalut usaha dengan adanya keberuntungan.
Keberuntungan itu seperti ada kaitannya dengan Olivier Giroud. Koneksinya bisa dibuktikan dengan sumbangsih gol Giroud yang terbanyak bagi Chelsea di kompetisi tersebut.
Memang, tidak secara konstan Giroud menunjukkan permainan terbaiknya di Liga Champions. Tetapi, apa yang dia lakukan di Liga Champions musim 2020/21 seperti di musim 2018/19 saat Chelsea bermain di Liga Europa.
Giroud menjadi "kepingan koin" yang tidak diperhitungkan, tetapi malah memberikan tanda-tanda keberhasilan tim yang dia bela. Sama seperti ketika Chelsea di Liga Europa 2018/19 yang masih memanggungkan Eden Hazard sebagai pemain penting Chelsea.