Seri balap kedelapan MotoGP musim 2021 sudah digelar di Sirkuit Sachsenring, Jerman (20/6). Pemenangnya pun sudah kita ketahui adalah Marc Marquez.
Lewat kemenangan ini, maka Marc Marquez memenangkan semua balapan di Sachsenring sejak dia menjadi rookie di kelas MotoGP pada 2013. Sejak itu hingga 2019, Marc adalah pemenang Sachsenring.
Uniknya, ketika Marc Marquez cedera parah selama musim 2020, Sachsenring juga absen menggelar balapan untuk MotoGP. Padahal, Jerman masih menggelar ajang olahraga lain, yaitu sepak bola.
Di sepak bola, Bundesliga masih bergulir. Bahkan, secara keamanan negara terkait Covid-19, Jerman tergolong negara Eropa paling cepat survive.
Namun, pada kenyataannya mereka tetap memilih absen menggelar seri balap untuk MotoGP. Entah, karena memang situasi atau karena Marc Marquez sudah dipastikan absen. Siapa yang tahu?
Uniknya lagi, seri MotoGP kemudian menggelar balapan di sirkuit yang hampir mirip Sachsenring, yaitu Portimao. Sirkuit ini juga berada di daratan yang tidak rata. Artinya, ada beberapa lintasan yang naik-turun seperti pada beberapa sektor di lintasan Sachsenring.
Pemenangnya pun pembalap yang bisa dikatakan sangat mengerti lintasan tersebut, yaitu Miguel Oliveira. Itu bisa dilihat dengan jarak waktu antara Oliveira dengan pembalap lain, Franco Morbidelli dan Jack Miller, yang sangat jauh.
Baca juga: Miguel Oliveira "Untouchable" di Portimao
Artinya, pada 2020, seperti ada konsep yang bisa membuat musim balap MotoGP terlihat berbeda dari yang seharusnya. Selain karena ada faktor pandemi yang merusak musim balap MotoGP juga bisa saja ada upaya untuk membuat adanya "keistimewaan" di MotoGP.
Keistimewaan itu bernama Marc Marquez dan Sachsenring. Kemenangan perdana Marc pascacedera pun di sirkuit ini. Kemenangan yang kemudian menghapus peluang buruk Honda menjadi tim konsesi seperti Aprilia.
Faktor kesengajaan memang ada. Pertama, kesengajaan yang dilakukan oleh Marc Marquez lewat strateginya memulai balapan. Kedua, karena kesengajaan mayoritas pembalap untuk berupaya menghemat ban di paruh awal balapan.
Dua kesengajaan ini cukup untuk membuat Marc Marquez menjadi pemenang Sachsenring 2021. Sekaligus menjadi kemenangan ke-8 berturut sejak 2013-2021, dengan melewatkan 2020.
Lewat kemenangan itu, keduanya seperti berjodoh untuk absen bersama pada 2020 dan kembali bertemu pada 2021. Namun, perjodohan itu perlu ada hal lain yang membuat mereka bisa seperti itu, yaitu situasi.
Termasuk di balapan kali ini, kita bisa melihat bahwa situasi pada balapan memang seperti sangat mendukung Marc Marquez untuk menang. Pertama, lewat keberhasilan Marc Marquez memimpin balapan sedari awal.
Itu membuatnya bisa mengontrol jalannya balapan. Sesuatu yang sulit dia lakukan sejak kembali membalap di Portimao, Portugal (18/4).
Selama membalap pasca absen panjang, Marc lebih sering menjadi pembalap penguntit pembalap lain. Hanya ketika di Le Mans, dia sempat punya kesempatan memimpin balapan.
Namun, petaka kala itu hadir karena dia tidak bisa mengontrol motornya dengan baik. Nahasnya, ketika kembali mencoba meneruskan balapan, dia masih menjadi Marc yang sulit mengontrol diri untuk sabar mengikuti pembalap lain di depannya.
Baca juga: Hujan di Le Mans Bikin Banyak Kejutan
Situasi itu kemudian seperti menjadi "penyakit menular" di balapan selanjutnya. Secara beruntun, balapan di Mugello dan Catalunya, dia juga gagal menyelesaikan balapan.
Hal itu bisa saja karena dia kesulitan untuk memacu motor di belakang pembalap lain, alias berada di ritme pembalap lain. Sesuatu yang sepertinya sulit dilakukan Marc Marquez versi sekarang, walaupun di masa lalu dia adalah pembalap yang sangat pandai dalam mengikuti ritme pembalap lain.
Namun, kali ini dia seperti perlu banyak waktu untuk mengembalikan kepercayaan dirinya dan menjaga daya tahan dalam berkonsentrasi dengan balapan. Itulah kenapa, strateginya untuk kabur sejak awal balapan adalah keputusan tepat.
Semakin tepat, karena semua pembalap hampir bisa dikatakan seperti sengaja mengarungi balapan kali ini dengan adu daya tahan. Itulah kenapa, beberapa pembalap terlihat seperti enggan agresif di paruh awal balapan.
Faktor itu bernama tikungan. Tikungan di Sachsenring seperti menyiksa beberapa pembalap dan motor tertentu.
Miller seringkali terlihat tidak rapi dalam melibas tikungan. Begitu pula dengan Aleix Espargaro. Bahkan, Johann Zarco juga terlihat keteteran walau sebenarnya ada praduga bahwa itu bagian dari strategi menghemat ban.
Namun, pada akhirnya kita bisa melihat bahwa strategi itu tidak berjalan dengan baik. Karena, yang berhasil lolos dari jebakan kerumunan, itulah yang punya potensi mendapatkan posisi yang lebih baik.
Itulah yang kemudian dilakukan oleh Miguel Oliveira dan Fabio Quartararo. Bahkan, bisa dikatakan Francesco Bagnaia juga melakukannya.
Selain karena mereka memang punya gaya membalap yang rapi dalam melibas tikungan, mereka juga mampu memanfaatkan keawetan ban untuk misi mengejar Marc. Misi yang bisa disebut mustahil.
Karena, dengan tingkat kesulitan seperti Sachsenring, membalap di kerumunan adalah keputusan yang salah. Itulah yang sayangnya terlambat untuk disadari oleh pembalap lain selain Marc.
Sepertiga awal, sepertiga tengah, dan sepertiga akhir. Pada sepertiga awal balapan, pembalap bisa memacu motornya dalam kecepatan terbaik sesuai daya cengkeram ban ke aspal.
Pada sepertiga tengah, ban sudah mulai harus dijaga. Itulah kenapa, kalau jarak sudah terbuka minimal 1 detik, maka itu adalah momen tepat untuk tidak memacu motor lebih kencang lagi.
Lalu, di sepertiga akhir, kecepatan motor kembali ditingkatkan. Terutama pada beberapa putaran terakhir. Kalau apa yang dilakukan Marc, dia memilih mengerahkan kembali kecepatan motornya di putaran terakhir.
Kuncinya adalah di kepercayaan diri. Ketika Marc sudah merasakan dirinya telah kembali, maka gaya balapnya juga akan kembali.
Itulah yang terlihat di putaran terakhir. Ketika Oliveira malah mulai berupaya meminimalkan kemungkinan terjadi kesalahan, di situ Marc memeroleh keuntungan dengan keberhasilannya kembali menjauhkan diri dari kejaran.
Artinya, dalam menaklukkan Sachsenring, Marc Marquez berhasil mengantongi dua hal penting. Strategi yang tepat dan kegagalan pembalap lain untuk membaca strateginya.
Lewat balapan ini juga kita bisa melihat bahwa seorang juara dunia memang selalu berbeda dari pembalap lain. Pengalaman juara dunia 8 kali dengan 6 diantaranya di kelas MotoGP seperti tidak menyublim dari kemampuan Marc Marquez yang versi pasca kecelakaan Jerez 2020.
Marc tetap bisa kembali menjadi Marc yang luar biasa. Dia adalah ahli strategi, dan itu sudah dibuktikan lewat balapan di Sachsenring.
Jadi, kemenangan Marc bisa saja menjadi pembuktian bahwa dirinya telah kembali. Atau, ini adalah konspirasi tentang bukti bahwa sejarah dari masa lalu dapat terus diukir hingga ke masa depan. Mungkinkah?
Deddy Husein S.
Terkait: Kompas.com 1, 2, CNNIndonesia.com, Tempo.co, Detik.com, Kumparan.com.
Baca juga: Honda Bandel seperti Anak-anak
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI