Satu-satunya kenangan manis Pol saat di fase itu adalah podium di lintasan basah 2018. Itu seperti kenangan manis Valentino Rossi dengan Ducati yang podium--3x dalam 2 musim--lewat kondisi lintasan basah.
Namun, pada 2020, Pol bisa dikatakan sedang mereguk fase enak bersama tim pabrikan KTM. Dia sering menempati podium, entah dengan keberuntungan atau dengan kesabaran.
Pol memiliki satu hal yang terkadang tidak terlihat pada kakaknya, Aleix Espargaro, yaitu kesabaran. Pol belajar dari insidennya gagal podium karena terjatuh.
Sejak itu, Pol menjadi lebih bersabar dalam melihat momentum. Ia menjadi tidak mudah jatuh dan hasilnya adalah podium dalam beberapa balapan.
Dengan cara itu, Pol diprediksi bisa membawa Repsol Honda juga dengan dua fase. Fase adaptasi dan fase menumbuhkan kepercayaan diri.
Menjadi penunggang motor Honda, apalagi di tim pabrikannya, jelas membutuhkan kepercayaan diri. Jika tidak punya itu, hasilnya akan sangat minim.
Bisa kita lihat pada Jorge Lorenzo. Dia kehilangan kepercayaan diri di Repsol Honda, dan hasilnya lebih buruk dari pencapaiannya di musim pertama dengan Ducati.
Artinya, ketika Pol sudah menyelesaikan fase adaptasinya, maka dia bisa memasuki fase kepercayaan diri. Soal berapa lama, itu tergantung pada Pol dan timnya.
Karena, keberhasilan Pol di musim terakhirnya di KTM juga tidak hanya karena kualitas balapnya, tetapi juga kualitas tim balapnya. Perlu tim yang sangat mendukung kemampuan pebalap untuk membuat pebalap dapat mengeluarkan segalanya di lintasan.
Secara kematangan tim, Repsol Honda jauh di atas Red Bull KTM. Tetapi, soal menata ulang kepercayaan diri tim, Repsol Honda bisa dikatakan tidak lebih tinggi dari Red Bull KTM.
Itu artinya Repsol Honda harus menata kepercayaan diri tim lewat kematangan tim. Bisa disebut juga pengalaman dalam mengatasi berbagai problem di masa lalu.