Situasi Suzuki bisa dikatakan bagus, jika dilihat lewat komposisi pebalap. Namun, jika dilihat dari struktur tim, Suzuki juga memiliki tanda tanya akibat ditinggal Manajer Tim, Davide Brivio.
Apa yang terjadi pada tim-tim tersebut, khususnya tim pabrikan, membuat Repsol Honda juga menempatkan diri pada situasi 50-50. Seharusnya begitu.
Tetapi, saya mengingat musim 2020 Repsol Honda sangat keteteran. Mereka seperti petualang yang kehilangan kompas--saya anggap kompasnya adalah Marc Marquez.
Maka dari itu, musim 2021 mereka harus menyiapkan secara matang tim yang bisa disebut tanpa kompas. Tetapi, kali ini petualang yang turun ke jalan tidak lagi buta arah, melainkan sudah menggunakan panduan alam.
Artinya, Repsol Honda kembali menjadi tim biasa yang perlu belajar dengan melihat situasi di sekitarnya. Termasuk, bagaimana mereka mampu memaksimalkan kedatangan Pol Espargaro.
Kemudian Pol harus pindah ke tim pabrikan KTM, karena Yamaha sepertinya tidak bisa menyediakan tempat di tim pabrikan. Seperti yang dialami Andrea Dovizioso, dan tentunya pebalap-pebalap satelit Yamaha lain.
Lewat pengalaman bersama tim KTM, Pol pernah merasakan dua fase. Fase tidak enak dan enak.
Fase tidak enak, tentu merujuk pada masa awal KTM datang ke MotoGP. Mereka masih menjadi tim "kacang", karena terabaikan oleh kamera televisi di belakang.
Baca juga: KTM Si Pabrikan Bontot
Saat itu, Pol sulit untuk bisa bersaing dengan pebalap lain. Jangankan beradu cepat dengan tim sesama pabrikan, dengan tim satelit dari Ducati, Honda, dan Yamaha, mereka tak berdaya.