Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kapal Kecil yang Sedang Menghalau Badai Besar

15 Desember 2020   06:55 Diperbarui: 16 Desember 2020   14:02 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi warung saat ini. Gambar: Dokumentasi Deddy HS

Ketika hujan itulah warung biasanya sepi. Apalagi, di sana hujannya juga awet. Maka, tidak heran jika sedang hujan, ibu saya selalu menghubungi saya untuk memberikan kabar. Saya pun membalasnya dengan harapan semoga cuaca segera cerah.

Namun, ketika situasi sekarang ditambah dengan pandemi, saya pun sampai kehabisan kata-kata untuk membalas kabar dari ibu. Tetapi, setiap pagi atau siang, saya selalu berusaha memberikan semangat, dan tentunya harapan agar cuaca selalu cerah dan warung ramai.

Hanya, permasalahannya ternyata tidak hanya pada cuaca dan minimnya orang yang berbelanja ke warung. Tetapi, tentang isi warung yang semakin lama semakin "menyublim". Mengapa bisa demikian?

Kondisi saat awal-awal pandemi. Masih cukup lancar siklusnya. Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Kondisi saat awal-awal pandemi. Masih cukup lancar siklusnya. Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Pertama, karena pandemi membuat siklus transaksi tersendat-sendat. Kadang ada pembeli, kadang tidak ada pembeli. Itu membuat pemasukan menjadi sulit untuk dikumpulkan dan dijadikan modal isi ulang dagangan.

Kalaupun bisa, pasti semakin sedikit. Karena, orangnya juga pasti butuh makan, bukan? Itu artinya akan membuat isi warung secara perlahan juga menyusut.

Kedua, karena penyokong modal usaha mulai tidak mampu memberikan bantuan dana, dan malah fokus untuk menagih angsuran dana yang telah dipinjamkan. Padahal, saat pandemi seperti ini apakah ada gerai-gerai usaha mandiri yang mampu memiliki pemasukan selancar biasanya? Pasti tidak.

Itulah yang membuat modal usaha bisa semakin sedikit. Ketika modal sudah menipis, maka apa yang bisa diharapkan untuk tetap menjaga usaha mandiri itu tetap beroperasi?

Ketiga, karena minimnya pemasukan cadangan. Orang yang hebat dalam berbisnis sekalipun kalau tidak memiliki pemasukan cadangan, maka usaha mandirinya juga akan sulit untuk bertahan, alih-alih berkembang.

Itu semakin parah ketika ada pandemi. Banyak lahan pekerjaan yang bertipe "top-down" yang semakin tidak jelas arahnya. Kadang ada, kadang juga tidak ada panggilan untuk bekerja.

Kalaupun ada yang masih membuka peluang bekerja, mereka juga kesulitan untuk menggaji pekerjanya dengan tenggat waktu yang tepat. Perlu diketahui, sistem gaji untuk pekerja bangunan atau proyek di sana, khususnya yang dikerjakan oleh ayah saya, ternyata tidak bisa dilakukan setiap hari Sabtu atau Jumat sore.

Penggajiannya sering diberikan di akhir proyek pembangunan. Bayangkan, jika pekerjaan itu baru selesai sebulan-dua bulan, kira-kira uang makannya dari mana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun