Ketika hujan itulah warung biasanya sepi. Apalagi, di sana hujannya juga awet. Maka, tidak heran jika sedang hujan, ibu saya selalu menghubungi saya untuk memberikan kabar. Saya pun membalasnya dengan harapan semoga cuaca segera cerah.
Namun, ketika situasi sekarang ditambah dengan pandemi, saya pun sampai kehabisan kata-kata untuk membalas kabar dari ibu. Tetapi, setiap pagi atau siang, saya selalu berusaha memberikan semangat, dan tentunya harapan agar cuaca selalu cerah dan warung ramai.
Hanya, permasalahannya ternyata tidak hanya pada cuaca dan minimnya orang yang berbelanja ke warung. Tetapi, tentang isi warung yang semakin lama semakin "menyublim". Mengapa bisa demikian?
Kalaupun bisa, pasti semakin sedikit. Karena, orangnya juga pasti butuh makan, bukan? Itu artinya akan membuat isi warung secara perlahan juga menyusut.
Kedua, karena penyokong modal usaha mulai tidak mampu memberikan bantuan dana, dan malah fokus untuk menagih angsuran dana yang telah dipinjamkan. Padahal, saat pandemi seperti ini apakah ada gerai-gerai usaha mandiri yang mampu memiliki pemasukan selancar biasanya? Pasti tidak.
Itulah yang membuat modal usaha bisa semakin sedikit. Ketika modal sudah menipis, maka apa yang bisa diharapkan untuk tetap menjaga usaha mandiri itu tetap beroperasi?
Ketiga, karena minimnya pemasukan cadangan. Orang yang hebat dalam berbisnis sekalipun kalau tidak memiliki pemasukan cadangan, maka usaha mandirinya juga akan sulit untuk bertahan, alih-alih berkembang.
Itu semakin parah ketika ada pandemi. Banyak lahan pekerjaan yang bertipe "top-down" yang semakin tidak jelas arahnya. Kadang ada, kadang juga tidak ada panggilan untuk bekerja.
Kalaupun ada yang masih membuka peluang bekerja, mereka juga kesulitan untuk menggaji pekerjanya dengan tenggat waktu yang tepat. Perlu diketahui, sistem gaji untuk pekerja bangunan atau proyek di sana, khususnya yang dikerjakan oleh ayah saya, ternyata tidak bisa dilakukan setiap hari Sabtu atau Jumat sore.
Penggajiannya sering diberikan di akhir proyek pembangunan. Bayangkan, jika pekerjaan itu baru selesai sebulan-dua bulan, kira-kira uang makannya dari mana?