Dari situlah saya berpikir, bahwa seharusnya pelaku sepak bola yang salah satunya adalah pemain sepak bola, diharapkan mendapatkan prioritas juga.
Hal ini berbeda dengan status sosial yang lain, yang lebih kompleks dalam mendeteksi tingkat kesehatan tubuh pada calon pengguna vaksin. Misalnya, tenaga medis.
Secara status sosial, mereka memang garda terdepan, dan memang sangat prioritas. Tetapi, tidak akan semuanya bisa langsung diberi vaksin. Mereka bisa saja ada yang turun daya tahan tubuhnya--karena intensitas bekerjanya, sehingga perlu ditunda pemberian vaksinnya.
Jika nanti ada yang salah paham dengan adanya perbedaan perlakuan tersebut, maka pihak yang berkapasitas dalam hal kesehatan perlu langsung memberikan konfirmasi terkait apa dan bagaimana itu vaksin kepada masyarakat.
Jangan sampai, malah terjadi drama lagi, karena ada yang salah paham terkait vaksin dengan obat. Kita harus menghindari drama-drama yang timbul karena kesalahpahaman.
Itulah mengapa, saya lebih menyarankan pelaku sepak bola sebagai salah satu yang prioritas selain pelaku-pelaku bidang lain yang ditimbang berdasarkan status sosialnya.
Bahkan, dengan pemberian vaksin kepada pelaku sepak bola, kita bisa melihat seberapa efektifnya vaksin tersebut kepada penggunanya. Karena, pelaku sepak bola pasti tersorot media massa.
Itu yang akan membuat kita bisa mempelajari bersama terkait efektivitas vaksin untuk covid-19.
Apakah pelaku sepak bola adalah "kelinci percobaan"?
Seharusnya tidak. Karena, vaksin Sinovac ini datang setelah dikabarkan telah melalui tahap ketiga pengujian.