Memang, ada tim-tim yang masih dapat menang atau selamat dari kekalahan ketika bermain dengan 10 pemain. Tetapi, kali ini hal itu sulit terjadi pada Inter. Mengapa?
Pertama, Real Madrid sudah menyiapkan taktik yang tepat untuk dijalankan di babak pertama dan babak kedua. Pada babak pertama, penggambarannya sudah sedemikian rupa. Sedangkan pada babak kedua, mereka cenderung bertahan dan mengincar serangan balik.
Saat bertahan, mereka berkumpul dengan rapat, membuat pemain Inter Milan kesulitan membongkarnya. Sedangkan saat menyerang, mereka menempatkan para pemain pada sisi-sisi yang sesuai petanya, alias mengisi ruang kosong dan lebar lapangan.
Itu membuat Inter harus menggunakan zona marking dan menempatkan 1-2 pemain sebagai perebut bola. Artinya, Real Madrid saat menguasai bola selalu ingin menguras tenaga 9 pemain Inter Milan--terlihat pada Barella yang tertangkap kamera kelelahan.
Praktik itu dijalankan dengan sangat rapi, dan bisa dikatakan cukup sempurna. Mereka mampu menghindarkan diri dari kemungkinan terjadi human error di lini pertahanan, dan hal itu dipindahkan ke Inter dengan salah satu buktinya ada pada Vidal (babak pertama) dan Sensi (babak kedua).
Kedua, pergantian pemain pada Inter Milan. Ada kontradiksi yang langsung muncul di awal babak kedua, yaitu Lautaro Martinez diganti Ivan Perisic.
Pergantian itu sebenarnya cukup dimengerti. Conte ingin tetap menyerang meski hanya ada 10 pemain di lapangan. Namun, sebenarnya pergantian pemain yang melibatkan Bastoni dengan Danilo D'Ambrosio sebenarnya sudah cukup untuk mengarungi awal babak kedua.
Pemain yang paling memungkinkan adalah D'Ambrosio. Dia akan membentuk trio dengan Stefan De Vrij dan Milan Skriniar.
Beban menyerang bisa diamanatkan ke Young, Hakimi, dan Barella. Mereka tetap mendukung Lukaku dan Martinez.
Baru jika skema tidak berjalan 10-15 menit, Young diganti Perisic, Hakimi diganti Sanchez. Lima menit kemudian, masukkan Eriksen untuk menggantikan Gagliardini. Pergantian pada Gagliardini harus terjadi, karena pemain ini sering turut menyerang meski dia seharusnya ada di poros tengah untuk berjaga-jaga terhadap serangan balik lawan.