Faktor ini bukan hanya karena menurunnya performa Rossi, tetapi juga kecenderungan fokus Rossi. Ia mulai lebih cerewet dan terkadang tidak berbicara tentang hal teknis yang mana pernah membuat publik--termasuk saya--sangat respek dengannya.
Dia adalah pembalap cerdas, karena selalu mengungkapkan hal-hal teknis yang dapat menjadi faktor dari hasil yang ia raih di setiap balapan--entah bagus atau buruk. Namun, semakin ke sini ia terlalu sering berkomentar tentang hal-hal yang berbau sentimentil atau kepribadian.
Hal ini semakin jelas, ketika musim 2015 ia terlibat pergesekan dengan Marc Marquez. Faktor itu membuat Rossi mulai terlihat seperti artis media sosial, bukan pembalap hebat nan legendaris seperti yang saya tahu sebelumnya.
Itulah yang membuat saya cukup sering kurang sependapat dengan komentar-komentar Rossi di media massa. Walaupun saya tahu, bahwa saya bukan siapa-siapa, tapi apa yang saya pikirkan sudah cukup terbukti dengan performanya yang semakin mudah ditebak.
Ia mulai sering hanya mengandalkan pengalaman ketika mencoba bersaing dengan pembalap muda. Pada satu sisi, jelas itu bagus. Tetapi, di sisi lain itu juga akan menjadi basi. Mengapa?
Ketika pembalap zaman sekarang sudah semakin familiar dengan konstruksi motor MotoGP zaman sekarang, maka ia tidak perlu tahu tentang bagaimana cara menaklukkan (misalnya) Philipp Island tahun 2003. Buat apa mempelajari cara membalap pada tahun itu, jika karakteristik motornya sangat berbeda jauh.
Itulah mengapa, saya menyayangkan sosok Rossi saat ini, karena ia semakin tidak seperti Rossi yang selalu bekerja keras dan fokus pada motornya seperti saat terakhir ia lakukan pada 2015. Ia kini seperti Biaggi yang dulu, yang terjebak pada sirkulasi 'kebaperan' hingga sulit fokus pada bagaimana cara menjadi juara dunia dengan mengedepankan sisi teknisnya.
Namun, dari rentetan panjang pemikiran dan kevokalan sang legenda tersebut, saya akhirnya sepakat dengan apa yang ia komentari terkait Yamaha. Saya setuju dengan komentar Rossi tentang Yamaha yang tidak tegas dalam misi mengembangkan motor dan memanfaatkan pembalap tesnya yang kini diemban Jorge Lorenzo.
Saya juga melihat Yamaha seperti menyia-nyiakan kehebatan pembalap yang pernah memberi gelar juara dunia 3 kali kepada Yamaha itu. Saya pun sedikit tidak percaya dengan alasan finansial yang membuat Yamaha tidak melakukan pengujian motor dengan Jorge Lorenzo.
Hal ini berdasarkan keluhan Rossi itu. Jika pihak yang berkomentar bukan pembalap Yamaha, misalnya seperti Carlos Pernat--pengamat MotoGP, maka saya akan berpikir bahwa Yamaha bisa saja tidak punya dana cukup untuk melakukan uji coba.