Jika berbicara tentang pengalaman, ia lebih berpengalaman daripada Jorge Lorenzo, apalagi Marc Marquez. Namun, ia sedikit lupa, bahwa kali ini ia berada di eranya pembalap muda.
Rossi saat ini adalah Max Biaggi-nya era 2000-an awal. Sedangkan, dirinya dulu bisa dikatakan adalah Marc Marquez era 2000-an awal. Mengapa terjadi persamaan ini?
Hanya, yang menjadi persoalan adalah Biaggi harus bertemu dengan pembalap yang lebih muda darinya, Rossi. Pembalap itu pun terlihat lebih taktis dalam menyusun strategi, baik pra dan saat di lintasan. Ini yang membuat Biaggi pada akhirnya tidak mampu menjuarai kelas MotoGP, meski ia jebolan kelas "Moto2" dengan titel juara dunia 4 kali beruntun.
Hal ini nyaris sama dengan Rossi. Ia yang sebenarnya masih mampu mengerahkan kemampuannya berkat akumulasi pengalaman, perkembangan pengetahuan, dan adaptasi dengan gaya balap masa kini, tapi ia harus berhadapan dengan pembalap-pembalap yang memang berada di masanya.
Itu terlihat dari bagaimana ia cukup kesulitan menjaga konsistensi pasca kegagalan merengkuh juara dunia 2015. Sejak musim 2016 sampai 2019, ia semakin tak kunjung mampu mengejar target juara dunia ke-10.
Padahal, jika dibandingkan dengan Jorge Lorenzo, ia cenderung sudah berada di zona nyaman. Berbeda dengan Lorenzo yang mendapat gilirannya untuk angkat kaki dari Yamaha.
Namun, apa yang terjadi pada Rossi kian mengkhawatirkan. Hal ini dapat digambarkan dengan keberadaan Maverick Vinales yang mulai lebih dipercaya untuk memimpin Yamaha.
Bukan sebuah blunder bagi Yamaha, karena memang sudah saatnya Yamaha secara teknis mengandalkan Vinales dibandingkan Rossi. Faktor yang patut dikedepankan adalah siapa yang paling sering memberikan kemenangan seri balap sejak 2017. Vinales.
Setelah Vinales, proyek Yamaha kembali mengedepankan pembalap muda, yaitu Franco Morbidelli dan Fabio Quartararo. Bahkan, awalnya juga ada pembalap seperti Johann Zarco dan Jonas Folger.
Apa yang dilakukan Yamaha perlahan nan pasti mulai menemukan sosok yang tepat. Musim 2020 yang walaupun terlihat kurang sempurna karena tidak ada pembalap paling hebat era sekarang--Marc Marquez, tapi sudah dapat mereguk bukti dari keputusan Yamaha mengedepankan pembalap muda.