Sebenarnya, apa yang terjadi pada Repsol Honda saat ini seperti saat mereka pernah bekerja sama dengan Valentino Rossi. Mereka menganggap motornya yang lebih hebat bukan pebalapnya.
Akhirnya, arogansi mereka terbungkam setelah melihat Rossi juga cepat saat menunggangi Yamaha. Hal ini cukup mirip dengan kasus sekarang, bedanya mereka "bernaung" pada Marc Marquez.
Sedangkan, cara menghadapi permasalahannya seperti arogansi mereka di masa lalu dengan mendorong pebalapnya yang harus menyesuaikan motornya--yang cocok dengan Marc, bukan pebalap yang dapat memperoleh motor yang bisa ia kendarai.
Bahkan, hal ini akhirnya diakui Crutchlow ketika ia mulai kesulitan seperti yang dialami Lorenzo di musim 2019. Tetapi, nasi sudah basi. Honda sebaiknya harus belajar dari musim ini dengan segera.
Jelas, kedatangan Pol Espargaro seharusnya bukan untuk merasakan motor yang sama dengan punya Marc Marquez. Pol harus diberi motor yang sedikit berbeda dan menyesuaikan gaya balapnya.
Selain itu, saya juga memiliki keheranan terhadap langkah LCR Honda yang tidak segera memperpanjang kontrak Nakagami. Bahkan, jika regulasi pebalap dalam satu tim bisa diisi 3 pebalap, maka saya berpikir bahwa Nakagami seharusnya ada di sana.
HRC bisa merekrutnya sebagai pebalap penguji, karena ia sebenarnya lebih baik daripada Stefan Bradl.
Terlepas dari apakah dengan menilik performa Nakagami musim ini, si pebalap meminta kenaikan nilai kontrak, maka seharusnya LCR atau bahkan HRC tetap memprioritaskan nama Nakagami. Karena, sampai seri Catalunya (27/9), ialah penyelamat muka keluarga besar Honda.