Olahraga memang bisa disebut seni atau bagian dari kesenian. Namun, kali ini kesenian yang dimaksud adalah musik, film, teater, novel, mural, komik, dan lainnya.
Berhubung ada keterbatasan waktu untuk mengulasnya satu-satu, maka izinkan penulis untuk membahas tentang komik saja. Hal ini dikarenakan ada tiga alasan yang mendasarinya.
Pertama, karena komik merupakan jenis produksi hiburan (karya) di bidang kesenian yang menggabungkan antara unsur menulis dan menggambar.
Artinya, ketika kita membahas komik, maka kita tidak bisa melewatkan tentang seni mengarang yang melekat pada dunia kepenulisan. Hanya, porsinya akan membaur dengan penyajian visual yang biasanya menjadi daya tarik utama dari karya komik.
Kedua, karena komik dewasa ini sedang digandrungi banyak orang. Tua-muda berkumpul serasi membicarakan komik, meski kemudian yang membedakannya adalah era.
Si tua mengenal komik karena zaman-zamannya Marvel, DC, Mahabarata, BumiLangit, Doraemon, Sinchan, Detective Conan, dan lainnya. Sedangkan si muda mengenal komik yang lebih variatif. Bahkan, yang dibicarakan si muda bisa membuat si tua kewalahan untuk mencaritahu, karena komik yang dibicarakan cepat uptodate.
Ini yang membuat pembahasan tentang komik sudah tidak 'tabu' lagi, bukan?
Ketiga, karena Indonesia sudah kembali akrab dengan perkomikan dan memiliki wadah untuk menampung karya-karya komik lokal, khususnya dalam bentuk digital. Salah satunya adalah Ciayo Comics.
Sedikit mengenal Ciayo
Tetapi, jika merujuk pada informasi di Wikipedia*, Ciayo ternyata sudah mampu menembus sekitar 150 juta pengunjung di akhir tahun 2018. Sebagai anak baru--jika dibandingkan Line Webtoon--pencapaian ini jelas istimewa. Mereka yang hadir pada akhir 2016, ternyata bisa mencuri perhatian masyarakat penggemar komik.
Padahal, saat itu perhatian masyarakat pembaca komik masih sangat lekat dengan Line Webtoon (produk Korea Selatan), karena mereka meluncur secara resmi di Indonesia pada 2015. Artinya, kita sedang menyambut dua pilihan tempat untuk membaca komik digital.