Namun nyatanya di musim ini mereka telah mengalami 7 kekalahan, sedangkan di musim sebelumnya mereka hanya kalah 4 kali. Satu-satunya keunggulan di musim ini adalah mereka mampu mencetak 76 gol, lebih banyak 6 gol dari sebelumnya.
Keunggulan dalam hal jumlah gol tersebut karena Juventus mulai bergantung pada Cristiano Ronaldo. Mulai moncernya Ronaldo di Juventus sepertinya telah menjadi pisau bermata dua.
Di satu sisi membuat Juventus kian tajam dan memiliki jaminan untuk selalu dapat mencetak gol. Di sisi lain, membuat pemain lain kurang mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi.
Secara menit bermain, Ronaldo memang tidak begitu mengintimidasi rekan sesama pemain depan. Tetapi secara mentalitas, kembalinya ketajaman Ronaldo mampu meneror pemain depan lainnya seperti Bernardeschi dan Gonzalo Higuain.
Kita bisa saja menduga bahwa Higuain mengumpat nasibnya karena harus kembali satu tim dengan Ronaldo. Padahal, dia "kabur" ke Serie A untuk mendapatkan panggung setelah kalah bersaing dengan Ronaldo di klub sebelumnya, Real Madrid.
Gambaran ini kemudian cukup terlihat ketika Juventus melakoni laga pamungkas di Serie A musim ini (2/8). Maurizio Sarri yang sengaja mengistirahatkan Ronaldo ternyata membuat Juventus seperti klub berpenghuni "mas-mas biasa".
Sayangnya, keinginan itu gagal terwujud. Meski dirinya mampu mencetak satu gol ke gawang AS Roma, namun gawang Wojciech Szczesny harus bobol 3 kali.
Pesta juara pun terlihat kurang menarik, karena mereka kalah. Tetapi, apakah mereka salah?
Sebenarnya tidak salah, hanya dengan melihat dua faktor sebelumnya, maka apa yang diraih Juventus saat ini bisa saja tak terulang di musim depan. Mengapa? Karena, mereka akan menghadapi perbaikan kondisi dari para rivalnya.
Inter sedang beradaptasi dengan Conte di musim ini