Begitu pula dengan buku. Memang, imbasnya adalah buku-buku itu tak kunjung saya buka plastiknya, alih-alih sudah saya baca. Tetapi, saya berpikir kembali bahwa siapa tahu itu adalah investasi saya.
Ya, semacam pembenaran dan mencoba untuk ikhlas. Hehe.
Nah, jika membaca cerita saya, apakah itu sudah menggambarkan bahwa saya pernah kalap saat berbelanja?
Kalau bagi saya sih iya. Karena, saya sadar dengan status ekonomi saya. Walau pas sedang ada uang, saya sedikit lupa. Tetapi, bisa saja bagi orang lain ini belumlah apa-apa.
Karena, standar hidup orang berbeda-beda, bahkan meskipun golongannya sama (sama-sama miskin). Artinya, tingkat kekalapannya juga pasti berbeda.
Jadi, jika ada yang pernah kalap, bilang saja, "ini kalapku, bukan kalapmu!", dan setelah itu jangan lupa untuk segera memperbaiki pola mengeluarkan pasaknya. Biar tiangnya tetap kokoh walau tak harus dari Pohon Jati, apalagi Adamantium.
Selamat menunaikan ibadah puasa! Semoga lancar dan sehat selalu!
Malang, 2 Mei 2020
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H