Selain rute yang tidak jauh dari tempat tinggal, juga karena minim orang di situ. Memang, kelemahannya adalah stok kebutuhan di toko kelontong tidak sebanyak di minimarket apalagi swalayan.
Namun, hal ini dapat diatasi dengan melakukan belanja online. Lebih tepatnya memesan barang di toko tujuan lalu diantar oleh layanan beli-antar. Mumpung sudah ada teknologi semacam itu, mengapa tidak untuk digunakan?
Baca juga: Rezeki Seret, Begini Nasib Ojol Saat Pandemi (Deddy Husein S.)
Cara ini juga akan membuat para driver online masih memiliki pekerjaan saat corona semakin menghimpit rezeki mereka. Sesekali melakukan transaksi seperti itu dapat dilakukan ketika kebutuhan mendesak dan tentunya ada uang yang memadai. Jika tidak, maka tunggulah sampai toko kelontong langganan dapat menyediakan lagi stok yang dibutuhkan.
Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang tidak masak di rumah?
Warung-warung makan sebenarnya masih ada yang buka, dan seharusnya masih buka. Tinggal, langkah terbaik kita sebagai konsumennya adalah memesan makanan itu dan dibawa pulang. Ini akan membuat situasi di warung itu tidak menimbulkan kecurigaan berlebihan karena minim sekat.
Melalui praktik itu, warung akan terasa aman, dan pihak pemilik pasti akan secara berkala dapat melakukan disinfeksi pra dan pasca ada pengunjung. Berbeda jika kita semua masih memilih makan di tempat, maka kesempatan untuk disinfeksi lokasi akan sulit dilakukan oleh pemiliknya.
Melihat kerumunan pembeli juga akan menimbulkan kewaspadaan dan kecurigaan. Jika tidak diakomodasi dengan baik, tentu pihak-pihak luar kawasan itu yang hanya sekadar lewat akan menganggap itu pelanggaran.Â
Termasuk jika yang lewat adalah aparat, maka bisa saja ditindak tegas dan ini akan merugikan, khususnya bagi pemilik warung. Bukankah mereka membutuhkan (pembeli) dan dibutuhkan (oleh pembeli)?
Berlanjut pada kebutuhan lain, seperti pernikahan. Sebenarnya, melakukan resepsi itu adalah bonus. Ibaratnya membeli bolpoin dua batang bila ada uang lebih, maka resepsi juga seharusnya begitu. Toh, untuk apa menggelar pesta pernikahan besar-besaran jika masa depan adalah tanda tanya, bukan?
Tentu ini bukan bermaksud menyumpahi mereka yang menikah untuk akhirnya bercerai (hidup/mati). Namun, pada kenyataannya kita tak pernah tahu jalan hidup masing-masing baik saat sendiri maupun bersama orang-orang di sekitar, termasuk dengan pasangan.