Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Sweeney Todd", dari Bioskop ke Panggung Teater

4 Desember 2019   16:16 Diperbarui: 31 Maret 2021   19:42 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya bukan suatu hal yang mengejutkan jika sebuah film diangkat ke pementasan teater. Terbukti, ada pementasan "Harry Potter" di versi panggung teater dari Teater West End. Begitu pula dengan film "The Greatest Showman" yang mirip dengan pentas teater yang berkonsep teater musikal.

Artinya, diantara film dan teater tidak sepenuhnya terpisah. Hanya, media pertunjukkannya yang berbeda. Ini yang membuat masyarakat penonton diperbolehkan untuk menilai jika teater dan film harus dinikmati secara berbeda dan harus memiliki penikmat sendiri-sendiri.

Namun seharusnya tidak, karena terbukti diantara keduanya masih memiliki banyak elemen yang sama. Termasuk kisah yang diangkat, kedua bidang itu juga dapat menyajikan kisah yang sama meski harus menggunakan teknis yang berbeda. Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh Teater Cowboy yang merupakan organisasi seni teater di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

Poster pementasan Teater Cowboy (Dokpri)
Poster pementasan Teater Cowboy (Dokpri)
Mereka secara mengejutkan telah mengangkat kisah yang pernah difilmkan pada 2007. Judulnya sama persis, "Sweeney Todd". Tokoh-tokoh yang berperan pun sama. Namun, media penyajiannya yang berbeda.

Terlepas dari kekurangan teknis di sana-sini, apa yang dilakukan oleh Teater Cowboy adalah jendela bagi penonton teater untuk berharap bahwa tidak akan ada kemustahilan bagi mereka untuk menonton apa yang ditayangkan di film juga dipertunjukkan di panggung teater. Namun dengan catatan bahwa mereka harus memaklumi apa yang akan menjadi perbedaannya, alias tidak menyamakan standar penyajian kisahnya.

Lalu, apa yang menarik dari "Sweeney Todd" versi pementasan teater?

Konsep panggungnya terlihat sederhana--seperti gambar di bawah--namun sesuai dengan logika rumah yang ada di kisah Sweeney Todd. Seperti yang sudah diperlihatkan di filmnya, bahwa Todd memiliki rumah berlantai dua. Lantai pertama dijadikan sebagai tempat usaha kue pie (baca: pai) dan lantai dua diperuntukkan Todd membuka usaha cukur pasca bangkit dari permasalahan hidupnya.

Adegan awal ketika terjadi dialog antara Mrs. Lovett dan Todd. (Dokpri/DeddyHS_15)
Adegan awal ketika terjadi dialog antara Mrs. Lovett dan Todd. (Dokpri/DeddyHS_15)
Selain itu, ada keingintahuan terhadap bagaimana tokoh Todd dapat diperankan oleh aktor yang bukan Johnny Depp. Jika di film kita tidak akan pernah dapat melihat sisi spontanitas dari si pemeran, maka di teater kita dapat melihat apa yang dapat dilakukan aktornya untuk menjawab "lah, leh, loh" dari penonton.

Adegan Anthony dan Todd dengan
Adegan Anthony dan Todd dengan
Contohnya dari kegagalan beberapa tokoh untuk menyadari konsep ruang di panggung. Seperti Anthony yang tiba-tiba "loncat" dari lantai satu ke lantai dua. Hal ini sebenarnya dapat diprediksi ketika gesturnya sudah tergesa-gesa saat akan menghampiri Todd.

Kesalahan yang dilakukan Anthony ini kemudian membuat penonton pasti berteriak dalam hati, "loh kok lompat?" dan beruntungnya hal itu disadari juga oleh pemeran Todd. Di sinilah Todd dapat membuat penonton terwakili suaranya, meski hal ini membuat ada dilematis juga bagi penonton lainnya.

Apakah boleh sang tokoh melakukan improvement semacam itu? Atau memang di pementasan teater, tokoh dapat melakukan hal yang sedemikian rupa untuk membuat pertunjukan tidak sepenuhnya kaku dan ketika salah juga tidak dibiarkan begitu saja. Inilah yang menjadi pertanyaan selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun