Namun entah mengapa, di dua laga terakhir saat membela timnas, kita sulit melihat Andik sangat suportif terhadap lini depan dan beruntungnya Riko sedikit mampu memulihkan itu.
Lalu, apakah kemudian keberadaan Riko menjadi jawaban tepat bagi Simon untuk misi "epic comeback" di second leg (sisa laga di pra-kualifikasi)?
Jawabannya tentu 50-50. Ya, jika Riko berhasil menjaga polanya yang tidak egois seperti itu. Namun juga dapat dijawab tidak, jika Riko mulai kambuh selfish-nya dan menyia-nyiakan momentum seperti ketika dirinya sulit untuk membagi bola ke rekannya saat di Persija dalam beberapa waktu kemarin. Biasanya hal ini timbul ketika Riko tidak menemukan sosok yang tepat untuk menjadi sasaran end-passing darinya.
Artinya, dari segi pemain timnas Indonesia sangat sulit untuk dicari kambing hitamnya. Bahkan, kita tidak bisa juga menyebutkan nama Beto apalagi Lerby di sini. Karena Beto juga sudah berupaya keras, alih-alih Lerby yang masih minim kesempatan. Sulit!
Apakah kemudian ini salah Simon?
50% jawabannya adalah iya. Karena, dirinya sejak dua laga kekalahan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) semakin tidak terlihat pola yang jelas. Walau, di babak pertama lawan UEA bisa dikatakan bagus -baca ulasannya di sini. Namun, di laga itu dirinya dapat dikatakan seperti banyak berjudi dengan eksperimen. Ternyata hal ini juga disebutkan oleh Binder Singh*. Di sini pun, Simon disebutkan sebagai pihak yang sedang bereksperimen.
*tonton videonya/ungkapan Binder Singh:
Salah satu wujud nyatanya adalah melalui pemain. Wawan Hendrawan masuk, Dendi Santoso masuk, M. Ridho masuk (di laga kemarin), Riko masuk, Dutra masuk, hingga Wawan Febrianto pun masuk. Hampir "paket komplit" dalam eksperimen tersebut. Wow!
Di satu sisi jelas ini menunjukkan Simon sangat open minded. Namun, di sisi lain, ini konyol. Karena, timnas seperti menjadi bahan eksperimen yang kemudian gagal total. Lebih tepatnya menjadi lumbung gol di grup G. Di mana peran Simon sebagai penguasa taktik (head coach)?
Hal ini tidak lepas karena sangat terbukanya opsi di dalam taktiknya yang kemudian membuat timnas seperti bermain bukan berdasarkan apa keinginannya. Jika kemudian timnas bermain di lapangan seperti itu, maka kita seperti melihat kembali timnas bermain di arahan Bima Sakti kemarin. "Sakarepe pemaine dewe". Lalu, apa gunanya memiliki pelatih asing?
Namun tunggu dulu! Karena, kita masih punya jawaban 50% yang menyatakan tidak. Karena, berdasarkan open minded-nya, ini juga bukan salah Simon. Justru salahnya siapapun yang berada di balik rekomendasi semua pemain yang sudah merumput di tiga lapangan yang berbeda tersebut.