Jika tidak demikian, tidak mungkin mereka dapat bertahan sampai saat ini dan mereka masih selalu hadir di ajang-ajang besar dan tetap mendukung anak-anak Indonesia dengan program-program beasiswanya (KPAI melakukan apa?).Â
Inilah yang patut digarisbawahi oleh kita, termasuk orang-orang yang mengaku peduli anak tersebut.
KPAI harus menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh PT. Djarum adalah berdasarkan hak yang harus mereka miliki. Mereka adalah perusahaan swasta yang hidup-matinya bukan dari hibah anggaran dan hutang negara, melainkan dari penjualan produk.Â
Keberhasilan aktivitas tersebut dapat dibuka dengan cara pemasaran. Salah satunya dengan penyediaan kit bersponsor PT. Djarum.
Sesederhana itu sebenarnya, jika KPAI bersedia menggunakan kacamata yang sama. Karena, visi-misi mereka toh sebenarnya sudah sama. Mereka ingin menjaga generasi muda Indonesia berprestasi dan salah satunya melalui bulu tangkis. Namun, mengapa harus dipersulit?
Apakah KPAI kawatir jika angka konsumen rokok Indonesia tetap dan semakin tinggi dengan adanya turnamen dan kit berembel-embel "Djarum"?
Jawabannya adalah tidak. Tidak akan ada kaitannya antara tingginya konsumen rokok di Indonesia dengan keberadaan dan eksistensi dari PT. Djarum di turnamen olahraga anak. Karena yang membuat masyarakat Indonesia gandrung terhadap rokok adalah faktor tetangga, orangtua, saudara, teman, dan orang-orang sekitarnya.
Mereka yang merokok juga bukan karena dibayari oleh PT. Djarum ketika sedang menapaki jenjang kesuksesan. Malah mereka yang kebanyakan merokok adalah karena faktor psikologis.Â
Mereka yang ingin terlihat keren, ataupun sedang stress, dan tidak punya pelarian yang lain akan memilih menjadi perokok. Jadi, efektifkah langkah KPAI "merusak" kerja nyata yang dilakukan PB Djarum untuk bulutangkis Indonesia hanya karena titel dan kit turnamen yang berembel-embel "Djarum"?
Apakah KPAI sudah merasa pekerjaannya dalam memerdulikan anak-anak di Indonesia sudah benar, sampai-sampai menyampuri dapur PB Djarum? Apakah mereka sudah bisa berpikir tentang siapa yang akan membantu PBSI dalam menjaga tali regenerasi pebulutangkis Indonesia?Â
Lalu, bagaimana perusahaan seperti PT. Djarum dapat menyeimbangkan misinya (antara penjadi produsen dan "pembantu" masyarakat) dalam bertahan dan ingin berperan aktif untuk mensejahterakan rakyat? Apakah KPAI punya solusi?