Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lima Cara Ini Dapat Menangkal Rasisme

23 Agustus 2019   09:31 Diperbarui: 24 Juni 2021   06:44 7914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebersamaan tanpa sekat ras. (Fra.europa.eu)

Sehingga, ini akan menghadirkan dua pemikiran. Pemikiran pertama adalah menghasilkan toleransi yang masif dan konkrit (tidak hanya di lisan). Sedangkan pemikiran kedua adalah menghadirkan pergesekan terselubung nan abadi.

Secara teritorial mungkin Indonesia tetap akan menjadi negara yang membentang dari Sabang ke Merauke selamanya. Namun, secara tatanan kehidupan di masyarakat bisa saja di masing-masing daerah akan semakin memperkuat identitasnya (melalui Perda). 

Jika hal ini benar-benar terjadi, maka kita harus bersiap diri untuk belajar lebih baik lagi melalui cara kita mendidik anak-anak kita. Apakah mereka akan ditanamkan toleransi yang termanifestasi atau hanya seperti slogan saja.

Indonesia memang terus-menerus digoncang oleh isu negatif dari adanya perbedaan. Namun, kali ini isu itu cukup besar dan cukup mengganggu. Karena melibatkan pihak-pihak yang dicurigai merupakan bagian dari organisasi/komunitas tertentu. 

Artinya, insiden-insiden tersebut bukan murni gesekan antara masyarakat biasa, namun juga ada kemungkinan terdapat pemikiran-pemikiran "unik" yang dapat menimbulkan persengketaan tersebut.

Sebenarnya, permasalahan rasisme yang viral itu ada positifnya. Karena, dengan viralnya rasisme itu, Indonesia harus benar-benar berbenah jika tidak ingin menanggung malu. 

Lebih ironis lagi ketika mengetahui fakta bahwa kasus seperti ini sebenarnya sudah cukup mengakar, jika berani dibuka secara terang-terangan oleh mereka yang sudah terkena rasisme sejak lama.

Namun, rasisme ini cenderung seperti konflik laten ketika itu dialami oleh perorangan. Berbeda dengan per kelompok. Maka yang terjadi adalah seperti yang viral kemarin. Dari situlah, Indonesia (bukan hanya pemerintah saja) harus mulai berhati-hati.

Ilustrasi kebersamaan tanpa sekat ras. (Fra.europa.eu)
Ilustrasi kebersamaan tanpa sekat ras. (Fra.europa.eu)
Viralnya rasisme itu sebenarnya tidak hanya menohok pemerintah, namun juga masyarakatnya. Buat apa masyarakat punya agama dan budaya yang luhur jika masyarakatnya masih melecehkan orang lain dengan rasisme? Apa bedanya kulit hitam dan putih (akibat skincare) jika mereka sama-sama mampu membangun negara ini menjadi lebih baik, bukan?

Jika tidak ada Papua, apakah Indonesia bisa memiliki kekayaan alam seperti Puncak Jayawijaya dan SDA (pertambangan) yang dapat dikeruk melalui Freeport? Begitu pula dengan keberadaan Jawa. Indonesia memang sangat bergantung pada Pulau Jawa yang menjadi pusat dan titik strategis untuk menimba ilmu dan ekonomi. 

Baca juga: Menuai Kembali Terjadinya Rasisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun