Baca juga: Istanbul, Liverpool, dan Wasit Perempuan Bernama Stephanie Frappart (Hadi Santoso)
Jorginho berhasil membawa Chelsea mengimbangi skor Liverpool dan duel duo Inggris itu berlanjut ke babak adu penalti. Di situlah kemudian Liverpool menunjukkan diri mereka telah melakukan keputusan yang tepat dengan merekrut kiper asal Spanyol itu. Adrian yang tersingkir dari West Ham United sukses melakukan penyelamatan terhadap eksekusi Tammy Abraham.
Liverpool pun juara Piala Super Eropa 2019. Hasil yang tentunya memberikan pukulan beruntun kepada Chelsea khususnya dalam memandang keberadaan Lampard sebagai pelatih baru Chelsea. Namun, benarkah dua kekalahan beruntun ini menjadi kegagalan dan tekanan besar kepada eks gelandang timnas Inggris tersebut?
Seharusnya tidak. Karena, langkah Lampard belum jauh (baru 2 laga kompetitif). Masih ada banyak laga yang akan dijalani Chelsea bersama Lampard. Bahkan, seharusnya Lampard dapat bertahan sangat lama dengan Chelsea. Mengapa?
Dari perbandingan pencapaian itu, tentu hasil ini bisa dikatakan wajar. Tekanan Lampard belum sekeras yang dialami Solskjaer apalagi Klopp dengan reputasinya bersama Borussia Dortmund di Jerman (Bundesliga). Bahkan tekanan Lampard tidaklah sebesar Sarri, karena Sarri datang ke Chelsea untuk langsung meneruskan pekerjaan Antonio Conte (misi meraih juara).
Namun, yang menjadi faktor dilematis adalah Lampard hadir terlalu cepat di EPL dan langsung menangani klub yang pastinya ingin bersaing meraih juara EPL di setiap musim. Di sini yang menjadi titik pertimbangan bagi Chelsea dan Lampard, baik untuk musim ini maupun untuk musim-musim selanjutnya. Kira-kira apa target realistis Chelsea bersama Lampard?
Akankah Lampard harus terdepak untuk kedua kalinya dari Chelsea (sebagai pemain dan pelatih)? Jawabannya adalah menunggu keputusan dari tim manajemen Chelsea, khususnya dari pemilik klub, Abramovich. Karena, sosok pria Rusia ini tergolong sangat pragmatis dalam membawa Chelsea untuk dapat meraih prestasi.
Berlanjut ke faktor lainnya yang membuat langkah Chelsea bersama Lampard akan begitu sulit -khususnya di musim ini- adalah karena keberadaan pelatih-pelatih lainnya. Di musim ini, sepertinya EPL benar-benar memasuki era baru dalam hal kepelatihan. Karena, EPL tidak lagi dihuni oleh pelatih-pelatih kawakan Liga Inggris seperti Arsene Wenger ataupun Jose Mourinho.
Ketiganya telah mampu menjuarai liga di negara lain dengan Pep Guardiola mampu menjuarai La Liga (Spanyol) bersama Barcelona dan Bundesliga bersama Bayern Munchen. Torehan ini bahkan ditambah dengan keberhasilan Guardiola membawa tetangga MU menjadi jawara Premier League dua kali beruntun (2017/18-2018/19).