Hal ini yang kemudian dapat memicu keengganan untuk menyegerakan berbuka. Tentu ada beberapa orang yang pernah mengalami kejadian menolak untuk segera berbuka dan lebih memilih untuk melanjutkan kegiatan/pekerjaannya. Itu karena, kondisi tubuh sudah tidak lagi 'galau'. Ibaratnya, tubuh itu sudah kuat untuk 'ditinggal pergi' oleh asupan makanan. Dari sinilah, kita perlu kembali menggugah selera makan kita dengan cara mengonsumsi yang ada cita rasa manisnya.
Selain itu, orang yang berpuasa tentunya sangat kekurangan tenaga, dan salah satu dorongan dari terciptanya tenaga adalah kebutuhan zat-zat dari karbohidrat yang menjadi gula dan kemudian menjadi energi. Di sini kita bisa merujuk pada fungsi terhadap mengonsumsi nasi.
Sudah banyak orang yang mengetahui bahwa nasi memiliki kandungan kalori yang besar. Namun, ketika berpuasa, kita tidak akan mendapatkan asupan kalori. Sedangkan pengeluaran kalori terus dilakukan. Untuk itulah ketika waktu berbuka tiba, kita dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang memiliki kadar kalori yang cukup. Setidaknya, menu tersebut dapat merangsang kembali energi yang dimiliki oleh tubuh.
Namun, di sini solusinya bukan nasi. Melainkan minum air mineral (air putih). Mengapa? Karena, ketika berpuasa, kondisi tubuh kita berada di suhu internal yang panas. Tubuh terus bekerja meski tanpa adanya asupan yang masuk. Sehingga, suhu di dalam tubuh meningkat.Â
Hal ini juga menjadi perhatian bagi masyarakat iklim tropis yang mengenal istilah 'masuk angin'. Nah, ketika kita berpuasa, tubuh kita yang biasanya terisi oleh asupan dari makanan dan minuman, akan berpotensi 'digantikan' oleh gelembung-gelembung udara yang dapat masuk dari aktivitas kita saat berbicara---terlalu lama, berada di tempat yang dingin, duduk di kursi non-kayu/berbantal, dan lainnya.
Sehingga, di saat potensi ini hadir, maka, tubuh akan berupaya 'membela diri' dengan memanaskan tubuh agar gelembung-gelembung udara tak berhasi mengisi tubuh kita. Namun, karena suhu udara dan suhu di dalam tubuh kita sama-sama panas, maka, akan muncul resiko lainnya. Yaitu, terkena dehidrasi. Maka dari itulah, solusi pertama saat berbuka puasa adalah minum air mineral.
Karena dengan meminum air mineral yang tentunya lebih segar dan dingin, akan dapat melegakan kembali bagian tenggorokan, dada, dan pencernaan. Bahkan, secara biologis, air tersebut juga akan mengalir ke segala penjuru tubuh---peredaran darah---kita. Inilah yang sebenarnya perlu dicermati saat berbuka puasa.
Solusi ini yang sebenarnya sedang diperbincangkan ketika Nabi Muhammad berbuka dengan kurma (dan jika tidak ada kurma adalah dengan air). Bukan soal kurma itu manis, melainkan kurma itu juga memiliki kandungan air---yang dibutuhkan tubuh pasca puasa.
Di sini kita dapat membandingkan, bagaimana kondisi Arab yang beriklim lebih panas dan sumber mata air yang tidak sebanyak di Indonesia. Maka, mereka (orang Arab) mengandalkan kurma sebagai sumber penyegar mereka ketika berbuka. Hal ini berbeda dengan di Indonesia yang tidak memiliki komoditas kurma, maka, yang diandalkan sebagai penyegar pertama kali adalah air mineral.
Dari sini, kita bisa memahami bahwa berbuka puasa itu bukan dengan yang manis, melainkan dengan yang segar. Berhubung Indonesia diberi kekayaan alam yang luar biasa, maka, pilihannya sangat variatif.Â
Tidak hanya dengan air mineral saja untuk dapat menyegarkan tubuh saat berbuka. Namun, juga kita dapat memperoleh kesegarannya dari aneka buah-buahan. Seperti melon, semangka, jambu air, jeruk, anggur, buah pir, dan buah-buah lainnya yang memiliki kesegaran (kandungan airnya) cukup banyak.